CP 17: SERANJANG

538 43 2
                                    

Sara menggeliat di atas tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sara menggeliat di atas tempat tidur. Badannya yang kemarin dikuasai lelah, mendadak sudah agak membaik. Seberkas sinar  mentari mengintip dari celah kisi jendela kaca yang lebar. Sara tidak tahu sudah jam berapa, tetapi yang pasti ia tertidur lelap. Namun, anehnya pagi itu Sara mencium aroma yang sangat familier. Aroma parfum maskulin seorang. Aroma itu makin kuat saat Sara berusaha mengendusnya.

Kenapa aroma parfum Sadam ada di sini? Tidak salah lagi. Itu memang aroma Sadam. Pelan-pelan Sara membuka mata. Degup jantungnya bertalu-talu seiring pemandangan pagi yang menyapa mata. Samar-samar ia melihat sebentuk wajah tampan dengan hidung bangir, kulit putih terawat, alis tipis rapi yang membingkai mata. Lelaki itu terpejam lelap. Tampak tidak terganggu dengan sinar mentari yang menerobos masuk ke ruangan.

Wah, gue mimpiin Sadam? Kenapa rasanya nyata banget, ya? Sara lo udah gila! Kenapa anak mama ini ada di mimpi lo?

Demi memastikan khayalnya, jari telunjuk Sara terjulur menempel di permukaan pipi Sadam. Lelaki itu tidak terusik, masih terlalu larut dalam tidur. Tatkala kulit mereka saling bersentuhan, Sara merasa seketika tubuhnya dialiri sengatan listrik. Jantungnya akan meledak dalam waktu dekat jika ia tidak segera menghentikan aksi itu.

Nyata! Sadam nyata. Ia ada di sana. Di kasur Sara. Mereka tidur seranjang.

"Aaaaa!" Sara berteriak histeris penuh drama. "Sadam, bangun! Bangun!"

Ia meraih bantal dan memukul-mukul lelaki itu. Sang calon suami menggeliat, matanya terbuka perlahan, tetapi tidak ada kepanikan seperti apa yang terlihat di wajah Sara. Sadam bangkit dengan santai seraya mengucek mata kanan. Ia bersila menghadap Sara, lalu menguap sesaat dan menggaruk lehernya sendiri.

"Kenapa, Yang? Pagi-pagi sudah ribut," kata Sadam.

"Kamu ngapain di sini? Kenapa tidur di kasur ... di ruanganku?"

"Semalam aku udah izin. Kamu diam aja, jadi aku anggap kamu setuju."

Sara menatap Sadam sesaat. Tidur—walaupun tidak terjadi apa-apa—dengan Sadam semalaman penuh membuat Sara tidak bisa berpikir jernih. Semoga saja mereka hanya sebatas tidur—secara harfiah—dan tidak ada hal-hal aneh yang terjadi. Walaupun tadi Sara terbangun begitu dekat di depan wajah Sadam. Ia sampai kaget sendiri. Namun, tidak ... tidak! Sara tidak mau berpikir buruk. Barangkali dia hanya asal bergerak. Namanya juga lagi tidur, tidak sadarkan diri.

"Jangan panik gitu. Aku nggak ngapa-ngapain, kok. Aku ini bukan tipe cowok yang suka maksa-maksa. Kalau aku mau, aku minta izin dulu. Jadi, pasanganku nggak akan merasa terpaksa. Karena kami melakukannya sama-sama mau, sama-sama suka," tutur Sadam.

"Diam!" Sara beranjak dan turun dari kasur. "P-pokoknya ... lain kali jangan seenaknya tidur di kasurku."

Sadam mengangguk-angguk dan ikut turun dari ranjang. Bukannya keluar, lelaki itu menghampiri jendela kaca lebar yang bisa digeser hingga terhubung dengan balkon. Di dekat treadmill Sara, Sadam sibuk membuka gorden.

Calon Pasutri√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang