CP 21: JANGAN GILA!

337 44 0
                                    

"Tapi apa? Ngomong jangan setengah-setengah, Sadam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi apa? Ngomong jangan setengah-setengah, Sadam." Sara jadi gregetan sendiri.

"Penempatan di lua kota."

Oh, ngelunjak lagi rupanya laki-laki ini. Kedua mata Sara melotot tajam ke arah Sadam. Ia pikir itu hanya bercandaan semata, tetapi rupanya setelah menunggu selama sekian detik, ternyata tidak ada tanggapan. Sadam serius? Sara tidak habis pikir.

"Yeah, aku harus tanya kamu dulu. Kita akan menikah, jadi boleh atau ...."

"Nggak boleh!" Dengan tegas Sara memotong pembicaraan Sadam.

Enak benar! Bukan masalah sebenarnya buat Sara. Namun, selepas menikah mama dan papanya atau bahkan keluarga Sadam pasti akan curiga. Pasutri baru, kok, sudah LDR saja? Apa kata tetangga dan keluarga mereka? Sara paling benci kena nyinyir.

Sadam Dwipatra Malik memang menguji penuh kesabaran Sara. Habis dibikin jengkel gara-gara mangkir dari janji, sekarang malah minta LDR setelah menikah? Aduh! Andai saja Sara punya jurus mencincang tanpa menyentuh, mungkin sejak beberapa hari lalu tubuh Sadam sudah kena mutilasi mengenaskan.

"Tapi, kan kita menikahnya juga karena dijodohin. Kamu segitu nggak mau LDR dan jauh-jauh dariku?" tanya Sadam dengan enteng. Masih kurang peka sama tatapan Sara yang seperti hendak menelannya mentah-mentah. "Ini brand impian aku, Sayang. Kapan lagi coba aku bisa apply surat lamaran ke sana?"

"Dan kamu mau mengorbankan pernikahan yang cuma karena perjodohan? Eh, aku masih waras, ya, walaupun kita menikah tanpa cinta. Apa kata keluarga kita kalau belum genap sebulan menikah sudah mau LDR. Sakit kamu, ya?!" Tentu saja Sara tidak mau kalah.

"Ya, prosesnya pasti cukup lama, Yang. Kalau kamu mau ikut aku juga boleh."

"Dan meninggalkan pekerjaan aku di sini? Aduh, tolong jangan gila, Sadam!"

Lelaki itu menghela napas dan menahan perkataannya. Mereka akhirnya tiba di parkiran butik. Sara merasa pembicaraan mereka akan cukup panjang. Ia malas berdebat. Aneh banget. Sadam terkesan sengaja mencari masalah. Padahal sebelumnya ia berjanji tidak akan bekerja dulu setelah menikah.

Tanpa berkata apa pun, Sara keluar dari mobil. Suara keras mengagetkan Sadam ketika sang calon istri menutup pintu mobil dengan kasar. Mau tidak mau lelaki itu turun dan menyusul langkah Sara. Saat itu Sara sedang lelah, tetapi lagi-lagi calon suaminya menguji kesabaran.

"Pokoknya aku nggak setuju!" seru Sara setelah mereka tiba di ruangannya. "Kamu sudah janji nggak akan kerja dulu. Aku, kan, bilang biar aku yang kerja untuk sementara waktu."

"Tapi, ini bukan hanya tentang siapa yang bekerja. Aku kepala keluarga, jadi bukankah udah sepatutnya aku yang bekerja?"

"Jangan kolot! Kata siapa wanita hanya boleh di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah? Kamu norak sekali." Sara tidak bisa untuk tidak mengeluarkan kalimat-kalimat yang mewakili kekesalannya.

Calon Pasutri√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang