Sesuai janji yang sudah dibuat semalam, Sadam mengajak Sara jalan-jalan. Itu adalah hari terakhir mereka kencan sebelum pernikahan. Akan menikah bukan berarti mereka tidak bisa pergi berkencan. Susah payah semalam Sadam meruntuhkan gengsi agar calon istrinya tidak marah lagi.Perasaan Sadam baru bisa lega saat Sara mengiakan keinginannya. Sayangnya, perjalanan mereka sore itu tidak benar-benar dihabiskan berdua saja. Sebab, mereka bertandang ke supermarket.
"Jadi, ini kencan yang kamu maksud? Ke supermarket?" tanya Sara sebelum mereka masuk ke bangunan berlantai satu yang lumayan besar dan dingin karena udara artifisial pendingin ruangan.
"Anggap aja simulasi belanja keperluan rumah berdua."
"Tapi ...." Sara terlihat menahan kemurkaan. Aksinya merampas troli dari tangan Sadam sungguh mengejutkan lelaki itu.
Dengan langkah yang sedikit dihentak, Sara mendekati area bahan makanan siap saji, daging, dan sayur-sayuran organik. Tentu saja Sadam membeberkan ingin berbelanja bahan makanan mentah untuk stok di apartemen dan meminta bantuan Sara. Awalnya sang calon istri menolak, tetapi kemudian entah karena apa, Sara akhirnya bersedia.
Padahal niat asli Sadam bukan hanya sebatas berbelanja. Ia akan memberitahu Sara nanti. Untuk sekarang biarlah pria tengil itu menikmati wajah dan tingkah kesal Sara. Oh, sejak kapan Sadam jadi tengil seperti Mahardika Sadajiwa alias iparnya alias suami Kiara? Agaknya ia sudah mulai tertular Deka.
"Kamu ada buat daftar belanjanya nggak? Biar enak dicari. Kalau gini jadi bingung mau beli apa aja," kata Sara saat mereka berdiri di depan rak berisi bumbu-bumbu instan.
"Beli sayur aja banyakan. Aku suka sayur," tukas Sadam.
"Kalau bumbu yang biasa kamu beli apa?"
Sadam mengedikan bahu. "Nggak banyak, sih. Aku jarang masak pakai bumbu instan. Di unit masih banyak stok bumbu yang dibawain mama. Kita cari sayuran dulu, yuk! Sekalian beli pasta juga. Kalau beli bumbu, emangnya kamu bisa beli bumbu? Kamu sendiri yang bilang nggak suka memasak."
"Aku nggak bodoh, ya, Sadam! Di sana jelas-jelas ada tulisannya. Lagian aku lihat-lihat dari mama setiap berbelanja pasti wajib ada catatannya. Jadi, biar ke sini nggak terlalu banyak makan waktu karena bingung mau beli apa, takut ada yang kelupaan," tutur Sara.
Ingin sekali Sadam bertepuk tangan untuk memuji perkataan Sara. Tumben sekali wanita itu berkata demikian teratur. Kalau dilihat-lihat selama mengenal Sara, Sadam menyimpulkan jika wanita itu bukan tipe yang bisa mengatur rumah dengan baik. Entah untuk urusan dapur sekalipun.
Sepasang calon suami-istri tersebut berkeliling mencari bahan makanan yang lebih banyak keinginan Sadam. Ia sesekali menanyakan pendapat Sara dan calon istrinya hanya bisa mengangguk setuju. Lebih banyak iya daripada tidak. Bukti bahwa Sara tidak terlalu jago dengan masalah persediaan di dapur.
"Kalau udah semua, kita bayar, yuk!" ajak Sadam. Sepasang matanya melirik troli yang sudah penuh. Walaupun tidak sampai menggunung.
Isinya pun kebanyakan sayur daripada daging. Sebab, Sadam lebih suka mengonsumsi sayur lebih banyak ketimbang daging atau ikan. Ia sempat berpikir menanyakan apa yang Sara suka. Maksudnya, makanan khusus yang mungkin ada dalam daftar kesukaan sang calon isti. Namun, Sadam menahan diri karena tidak mau terkesan mencari tahu terlalu jauh tentang Sara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pasutri√
Romance[Finished only on KaryaKarsa] Kata mereka hidup Sadam terlalu kaku. Sejak mendapat luka dari kekasih masa lalu, rasa-rasanya ia enggak ingin menjatuhkan hati lagi pada wanita manapun. Berangkat dari hal itulah akhirnya Sadam menerima tawaran sang pa...