Kedua mata Sadam samar-samar terbuka. Ia menguap lebar sebentar, lalu mengucek mata. Rasa kantuk seketika hilang dan lelah di badannya raib. Lelaki jangkung bertubuh agak kurus tersebut bangkit dari kasur. Ia duduk sebentar, lalu menyapukan pandang ke seluruh penjuru kamar. Tidak ada ada Sara di sana.
Beberapa jam sudah terlewat sejak pembicaraan singkat tentang bulan madu. Sadam masih ingat jelas. Bahkan saat lelah, ia masih sempat menggoda istrinya. Sekarang sudah ... Sadam meraih ponsel di meja dekat lampu hias. Sudah satu jam setengah ia tertidur. Pantas rasa lelahnya agak berkurang dan badan pria itu cukup lengket karena keringat.
"Udah punya istri, tapi kebiasaan kayak gini belum hilang juga. Sara ilfeel nggak, ya, sama gue? Makanya nggak mau tidur di di sini," gumam Sadam seraya meraih kacamata dan turun dari kasur.
Pertama-tama, membasuh wajah adalah hal yang wajib ia kerjakan. Ah, bukan! Sekalian saja mandi. Lelaki itu lantas berkutat dengan air selama sekian menit. Padahal ia sudah tidak sabar ingin mencari Sara di luar kamar. Entah apa yang dilakukan wanita itu sampai tidak menyusul masuk dan tidur di sampingnya.
Seraya membiarkan tubuh diguyur air, Sadam kembali bergumam, "Iya, dia pasti males tidur di dekat lo. Siapa suruh langsung tidur dan nggak mandi dulu? Yang ada Sara ogah tidur di dekat suaminya yang keringetan."
Berselang beberapa menit kemudian, Sadam menyudahi kegiatan di kamar mandi. Buru-buru mengeringkan tubuh dan memakai piyama kering. Ia keluar dari kamar sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil. Lampu di ruang tengah masih menyala, suara televisi juga terdengar dengan volume yang agak kecil. Itu kali pertama Sadam melihat televisinya menyala di jam segini. Biasanya dia dan Barry hanya berbincang tanpa menyetel televisi.
Si pelaku duduk di sofa yang membelakangi pintu kamar. Tanpa menyadari kedatangan Sadam, Sara mengunyah makanan ringan. Di jam segini? Sadam melihat jarum. Astaga! Ternyata masih belum terlalu malam. Dia saja yang merasa tertidur sampai berjam-jam lamanya.
"Minta, dong." Sadam muncul dari belakang.
Sara terperanjat dan nyaris mengangkat bantal sofa untuk melempari wajah Sadam lagi. "Bisa nggak kamu jangan bikin orang kaget?"
"Maaf, Yang. Abisnya kamu kelihatan asyik banget nonton sendirian. Aku jadi pengin godain. Kok, makan snack? Makan malamnya mana? Nggak jadi bikin?"
"Katanya nggak mau bikin aku laper."
Perkataan Sara seketika mengundang gelak tawa Sadam. "Nggak baik nahan laper, Sayang. Masa kayak gitu aja nggak tau. Kamu bisa bikin makanan dan makan sendiri. Nggak usah terlalu memikirkan bakal enak atau nggak buatku."
"Gitu, ya?" Sara berbalik dan memandangi Sadam yang masih berdiri di belakangnya. "Jadi, aku harus makan sendiri? Terus nanti kamu masak juga buat diri sendiri?"
Eh? Sadam mengejap sesaat. Sepertinya ia salah bicara. Wajah Sara langsung tertekuk jengkel. Walaupun biasanya juga kerap seperti itu. Agak jutek juga. Sadam menundukkan wajah sehingga jarak mereka cukup dekat. Kedua tangannya bertumpu di atas sandaran sofa. Bikin Sara langsung kaget dan menjauh sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pasutri√
Romance[Finished only on KaryaKarsa] Kata mereka hidup Sadam terlalu kaku. Sejak mendapat luka dari kekasih masa lalu, rasa-rasanya ia enggak ingin menjatuhkan hati lagi pada wanita manapun. Berangkat dari hal itulah akhirnya Sadam menerima tawaran sang pa...