Berulang kali Sara mencuci muka, berkali-kali pula dingin menerpa wajah. Menyadarkan bahwa sekarang dirinya sedang tidak bermimpi. Beberapa jam lalu riasan di wajahnya masih terlihat, menambah cantik parasnya. Sekarang riasannya sudah tidak setebal tadi. Bahkan bisa dikatakan tanpa riasan. Sara tidak sedang bermimpi, berhalusinasi, atau apa pun sebutannya. Sekarang ia telah menjadi Latisha Maysara Halim yang mendapat title seorang istri.Malam yang sempat hingar-bingar dengan acara pesta pernikahan, kini telah menghilang. Hanya menyisakan dirinya dan Sadam di kamar hotel. Namun, sudah tiga menit Sara berdiam diri di kamar mandi. Menerka-nerka apa yang terjadi setelah ini? Tentu saja, pasangan suami-istri normalnya akan melewati malam pertama pernikahan mereka dengan ... Sara menahan napas untuk tidak membayangkan yang terlalu liar.
"Sara, dia cuma Sadam. Iya, cuma Sadam. Jadi, tolong kondisikan rasa gugup lo. Buat apa lo gugup cuma karena bakal berbagi ranjang sama Sadam? Sama lelaki yang bahkan lo bilang jauh dari tipe lo," gumam Sara.
Kendati demikian, perempuan itu tetap membalurkan wajahnya dengan krim-krim beraroma harum dan melembabkan. Sara menelan saliva sendiri. Apa yang dilakukan Sadam sekarang di luar sana? Menantinya? Seketika Sara ingin memekik karena tidak bisa membayangkan.
"Lo udah sering bareng dan ketemu Sadam, tapi kenapa lo berdebar-debar sekarang?" Sara menatap lekat wajahnya sendiri pada pantulan cermin wastafel kamar mandi. "Biasa aja Sara, nggak usah gugup. Kalau dia macam-macam, lo tinggal nonjok dia, udah beres."
Walaupun judulnya 'pengantin baru', tetapi Sara belum siap jika harus melakukan hal yang lebih dari sekadar tidur bersama-dalam artian harfiah. Kalau untuk hal yang lebih jauh, Sara belum siap. Sial, biarkan saja dia jadi istri durhaka, tidak mau melayani suami. Ah, tidak, Sadam pasti juga tidak mau melakukannya.
Sara menggeleng sekuat mungkin. Apa-apaan banget pikiran gue? Pasti Sadam juga akan merasa canggung. Kebetulan malam ini cukup melelahkan, jadi Sara tidak mungkin akan meladeni suaminya. Jadi, Sara berusaha untuk tidak terlalu khawatir. Setelah mengumpulkan keberanian, Sara melangkah keluar. Kalaupun Sadam nekat, paling tidak Sara sudah sebisa mungkin membersihkan diri dan memakai aroma-aroma terbaiknya.
"Sa-" Kalimat Sara tertahan. Kedua matanya melebar saking kaget. Mulutnya sempat terbuka sesaat, lalu tertutup lagi. "Udah tidur?!" seru Sara yang sayangnya tidak ditanggapi oleh sang suami.
Bagaimana mau menanggapi? Sadam sudah berbaring tertelungkup dengan kaki menjuntai ke lantai. Lelaki itu bahkan belum mengganti jas putihnya. Suara dengkuran halus memenuhi ruangan. Bisa-bisanya Sara ditinggal tidur duluan di malam pertama pernikahan mereka.
"Nggak, gue nggak kesel karena Sadam mengabaikan first night kami, tapi gue kesel karena dia tidurnya memenuhi tempat. Iya, iya, gue kesel karena itu," ujar Sara berusaha mengesampingkan alasan sebenarnya. Ia lebih baik denial saja.
Kedua kaki Sara yang tidak mengenakan alas apa pun, bergerak mendekat dan menendang pelan kaki Sadam yang menjuntai ke lantai. Bisa-bisanya Sadam tertidur dalam posisi itu. Oke, baiklah! Sara tidak usah khawatir. Suaminya memang punya energi yang mudah sekali terkuras, jadi Sara tidak heran. Sekarang Sadam tengah mengisi energinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pasutri√
Romance[Finished only on KaryaKarsa] Kata mereka hidup Sadam terlalu kaku. Sejak mendapat luka dari kekasih masa lalu, rasa-rasanya ia enggak ingin menjatuhkan hati lagi pada wanita manapun. Berangkat dari hal itulah akhirnya Sadam menerima tawaran sang pa...