CP 18: GARA-GARA NYENGGOL MANTAN

441 49 1
                                    

Dahulu Sadam tidak ingin sering-sering bertemu Sara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahulu Sadam tidak ingin sering-sering bertemu Sara. Meskipun mereka berada di klub yang sama, yaitu klub fotografi. Sadam sebisa mungkin akan menghindar karena malas berhadapan dengan wanita menyebalkan itu. Sayang sekali, keluarga mereka menjalin hubungan dengan baik. Bahkan konon Malik dan Halim bersekolah bersama. Jadi, tidak mengherankan mengapa mereka sangat akrab sampai detik ini.

Kini takdir serasa tengah main-main. Sadam justru harus rela bertemu Sara hampir setiap hari. Tentu aja untuk mengurus pernikahan mereka. Persiapan sudah mulai mendekati sempurna. Terlalu singkat untuk mempersiapkan, tetapi orang tua tetap ingin mereka segera menikah. Bertahun-tahun lamanya, Sadam dipertemukan lagi dengan Sara dalam kondisi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Perjodohan. Pernikahan.

Sadam mempercepat langkah saat tiba di restoran tempat janjian dengan Sara. Tidak mau lagi terlambat dan kena omel calon istrinya. "Iya, aku baru keluar dari parkiran. Ini udah ada di dalam. Kamu di mana?"

Dari speaker ponsel, suara Sara terdengar. "Di lantai atas. Aku sengaja milih area outdoor karena agak sepi."

"Oke. Aku tutup, Yang. Aku ke sana sekarang."

Gegas langkah kaki panjang Sadam menaiki anak tangga restoran. Belum sempat ia berbelok menuju area outdoor restoran, sosok wanita yang sangat familier menyapa netra. Nyaris saja mereka bertabrakan. Seorang pria di sampingnya langsung memegangi pinggang wanita itu agar tidak terjatuh.

"Oh, hei! Najla?" sapa Sadam.

"Sadam?" Najla tersenyum ramah. Begitu juga sang suami yang berdiri di sampingnya. "Ngapain di sini? Wah, lama nggak ketemu. Terakhir di acara pernikahanku."

"I-iya, aku ada urusan. Eh, Jla. Aku nggak bisa lama-lama. Sori, ya. Permisi."

Daripada terus menatap istri orang dan terbuai sampai mengenang masa lalu, lebih baik Sadam segera pergi. Tatkala sepasang kakinya menapaki area outdoor, terlihat Sara duduk di kursi paling pojok, dekat tembok pembatas. Ia mengipas wajah sesekali, lalu melambai saat melihat Sadam.

Area outdoor restoran berkanopi akar-akar dan daun tumbuhan yang menjulur ke sana kemari. Pemandangan di sana lebih hijau dengan rumput-rumput sintetis, juga tanaman yang dirawat dengan baik. Pengunjung tidak terlalu banyak, hanya sekitar tiga orang duduk di meja lain.

"Maaf, tadi agak macet," kata Sadam seraya mengambil tempat di depan sang calon istri.

"Iya, nggak apa-apa. Mood aku lagi bagus. Kalau kamu terlambat sampai satu jam, aku bakal marah besar."

Sadam terkekeh sesaat. "Oke, jadi kita mau bahas sekarang? Sebentar ...." Kedua matanya yang dilindungi kacamata tipis, melirik ke sana-kemari. Sadam memanggil seorang pelayan dan memesan kopi. "Daftar tamunya udah kamu bikin?"

"Udah, tinggal punya kamu yang belum. Untung Salsa memberiku buku ... yeah, pokoknya itu cukup berguna. Jadi, aku bisa membuat daftar siapa saja yang perlu diundang. Kamu bisa lihat dulu, kalau nggak setuju dengan daftar tamuku, kamu bisa kasih alasan kenapa kamu nggak setuju."

Calon Pasutri√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang