"Makan dulu ne.." kataku sambil mengaduk buburnya agar tidak terlalu panas.
"Aaaaaa... " dia dengan patuh membuka mulutnya.
"Sudah hon.. " dia menggeleng ketika aku akan menyuapi lagi.
"Sedikit sekali.." kataku dengan cemberut.
"Nanti saat dirumah janji makan banyak.." katanya
"Iya, tapi sekarang makan ini dulu.." aku masih mencoba membujuknya.
Dia tidak menjawabku tapi dia menatap dengan senyum tipisnya, aku juga menatapnya dan mengelap setitik bubur dibibirnya.
"Aku juga mencintaimu.." katanya membuatku menatapnya dan mengerutkan dahiku.
"Idih.. siapa yang bilang aku mencintaimu.." kataku dengan mencibirnya tapi dia tersenyum.
"Matamu yang mengatakannya.."
"Oh ya..?" Kataku dengan menyipitkan mataku.
"Semua indramu pernah mengatakannya padaku.." katanya dan aku yakin dia akan mulai menggombaliku.
"Katakan, apa yang pernah telingaku katakan padamu..?" Kataku membangun obrolan yang santai.
"Katanya, suaraku, tawaku, rayuanku itu favoritmu.." katanya dan membuatku menatapnya dengan menyipitkan mataku dan dia tertawa.
"Dasar lalisa pede manoban.." kataku dengan tertawa.
"Lalu, bagaimana dengan mataku..?"
"Matamu mengatakan aku mencintaimu bahkan dia banyak menunjukanku cinta yang kau punya untukku.."
"Ttsss.. gombal.."
"Bahkan keringatmu tengah malam juga pernah berbisik padaku.." aku membulatkan mulutku karna aku tau maksud ucapannya.
"Katanya ja_wkkdnnshahavbsh.." dia tidak bisa mengatakannya dengan benar, pasalnya aku langsung menutup mulutnya dengan telapak tanganku.
"Aku tau pikiran kotormu manoban..!!" Kataku dan dia hanya tertawa.
Iya meskipun suara tawanya saling bersautan dengan suara monitor itu.
Setidaknya dia sudah mulai ceria wajahnya juga sudah tidak sepucat kemarin.Aku masih ikut tertawa dan tiba tiba dia menghentikan tawaku dengan pertanyaanya.
"Apa kau lelah..?"
"Eoh..?"
"Apa kau lelah..?"
"Tid_.."
"Hatimu..?" Dia memotong ucapanku dan aku tau maksudnya, bukan fisikku yang dia maksud.
"Jika aku lelah, aku sudah pergi sejak kita berkencan.. aku memilihmu jadi aku menerima apapun yang ada di dirimu, termasuk sakit yang kau bawa sejak kecil, aku akan merawatmu.." kataku dan aku menarik tangannya lalu menciumnya berkali kali.
Dia menarik tangannya dari genggamanku lalu menarik kepalaku untuk lebih dekar lagi.. dia mencium keningku sangat lama, iya dia membiarkan bibirnya berada dikeningku sampai aku bisa merasakan keringnya bibir dia.
Dia melepaskan bibirnya dari keningku dan menatapku dengan senyumnya. Aku meraba bibirnya dengan ibu jariku merasakan betapa keringnya bibir ini karna sakit.
"Bibirmu sangat kering hon.."
"Kau bisa memakaikan lipsbam yang selalu kau bawa.."
"Tidak.."
"Kenapa..? Kau tidak mau berbagi denganku..? Huuhh istri yang pelit.." dia mencibir ku lalu cemberut didepan ku membuatku gemas melihatnya.
"Aku akan melembabkan bibirmu langsung.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank you, I Love You (Sorry, I Love You season 2)
Short Story"I love you..?" "Thank you i love you too.." Tentunya begitu bukan jawabannya..? ini tentang Bagaimana cara aku mengatasi rindu yang sudah hampir membunuhku. Mungkin saat lebih tua semua akan mereda Namun kini itu menyiksaku Tak peduli bila dibelak...