7. it's me

512 44 0
                                    

Hari hari berjalan seperti biasanya, hanya saja aku selalu tertawa kecil melihat istriku selalu mengingatkanku dan lebih banyak lagi frekuensi menelfonku saat aku pergi bekerja.

Aku memang sudah memisahkan tabungan untuk jennie dan untuk sky sampai dia kuliah nanti, ini tanpa sepengetahuan jennie. tapi dengan kenyataan yang baru saja aku terima membuatku lebih banyak lagi mempersiapkan apapun untuk mereka agar nanti saat waktunya, mereka tidak akan sengsara dengan masalah finansial.

Bagaimanapun aku harus realistas bukan..? Bahwa aku bisa kehilangan nafasku kapan saja.

Aku sedang dikantor mengecek dokumen keuangan 3 bulan terakhir ini. Aku dibantu bam yang duduk didepanku.

Drtt.. drtt.. drtt..

"Yes honey..."

"Sudah dengan makan siang mu..?"

"Sebentar lagi hon, aku akan.."

"Obatmu tidak lupa kan..?"

"Tidak hon, kan kamu yang selalu memasukannya di tas ku.."

"Baiklah, jangan lelahkan dirimu dan cepat pulang.."

"Kenapa cepat pulang..?" Aku menggodanya

"Karna aku merindukanmu.." aku menelan ludah ku dengan kasar karna malu dengan bam yang menahan tawanya didepan sana, pasalnya aku hanya meletakan ponselku dimeja dengan mode speaker.

"Honnnn..."

"Apa..? Kau tidak merindukanku? Sungguh? Oke, kau tidak akan mendapatkannya malam ini..." astaga istriku apa yang kau katakan, andai kau tau disini ada seseorang yang menahan tawanya sekuat tenaga.

"Astaga honey.. oke aku sangat merindukanmu bahkan sangat sangat mencintaimu.. i love you.." kataku dengan melotot kearah bam yang masih tertawa tanpa suara.

"Aku tau itu, Thank you, i love you too"

Dia mematikan telfonnya dan aku langsung melempar bam dengan kertas yang sudah aku meras remas karna dia tertawa keras ketika jennie mematikan telfonnya.

"Maaf ma'am.. tolong, yaampun aku sulit menghentikan tawaku.." kata bam dengan masih tertawa dan mengusap air matanya karna terlalu geli saat tertawa.

"Jangan salahkan aku, salahkan dirimu sendiri.. kenapa tidak ada yang menelfonmu seperti itu.." kataku dan membuat bam cemberut.

"Kau mengejek ku ma'am.. aku akan mengabarimu setelah aku mendapatkannya.."

"Akan aku tunggu..!" Kataku dan dia tertawa.

"Kau tau bam, aku dan jennie juga tidak langsung sebahagia ini" aku menyandarkan kepalaku disandaran kursi membayangkan dulu saat aku ditolak, saat membawa jennie pergi dari rumahnya bahkan saat aku berkelahi dengan v.

"Oh ya..? Aku kira perjalanan cintamu mulus, karna lihatlah kalian keluarga yang sangat sempurna.."

"Tidak semulus yang kau kira bam, kami melewati banyak ujian dari awal kami berkencan.."

"Bagaimana cara kalian bisa bertahan ma'am.. padahal katamu tidak mudah.."

"Tentu saja karna kami saling mencintai.."

"Kau tau, aku pernah ditolak jennie 2 kali.." kataku dan kami teryawa bersama.

Aku menceritakannya sampai aku dan bam larut dalam cerita itu, iya akhirnya kami tidak menyelesaikan pekerjaan kami tepat waktu.

Aku sedang dalam rencana membeli setengah saham di mall paling besar dikota ini agar aku bisa menjadikan toko pribadi milik jennie disalah satu lantainya, aku ingin membuka toko atas nama brand nya sendiri dan hanya berisi karya karya jennie saja, karna percayalah rancangan jennie sudah banyak dipakai para idol di negeri ini dan akan aku doa kan agar istriku go internasional.

Thank you, I Love You (Sorry, I Love You season 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang