Chapter 35 : Halte Bus

2.1K 248 44
                                    

Ara membuka matanya perlahan setelah terjaga, tubuhnya kembali segar setelah beristirahat cukup lama.

Kedua alisnya menyatu saat menyadari jika dirinya sudah berada di kamar dengan pakaian lengkap yang menutupi tubuhnya, akan tetapi tidak ada Yessica di kamar tersebut.

Ara menguap kecil, matanya menyipit saat meraih ponselnya dan melihat jam.

Sudah jam 3 sore, dia terlonjak kaget.

Hari ini dia ada janji bertemu dengan Zee, jad dengan tergesa-gesa Ara turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Suara gemericik air terdengar selama beberapa menit sebelum akhirnya Ara keluar hanya dengan sehelai handuk putih.

"Yessicaaa..." Panggil Ara sambil memilih pakaiannya sendiri.

Tidak ada balasan, karena penasaran dia dengan gesit memakai pakaiannya dan turun ke lantai bawah.

"Yessica!"

Sekali lagi Ara memanggil, matanya menjelajahi setiap sudut rumah mencari sosok Yessica. Akan tetapi hasil nihil, Yessica tidak ada.

Karena bingung, Ara akhirnya menyerah dan mengbubungi nomor Yessica. Suara operator menyambutnya, Ara mematioan panggilannya dan sekali lagi mencobanya. Lagi, suara operator kembali terdengar.

Tidak menyerah, Ara menghubungi Flora.

"Yessica dimana?"

"Luar kota lagi?"

"Promosi film? Berapa hari?"

"Satu minggu?"

Ara terdiam, kedua pipinya menggembung.

"Aku ingin bicara dengan Yess-"

Tuttttttt....

Panggilan tiba-tiba terputus. Ara kesal tapi dia hanya bisa tersenyum pasrah.

Karena tidak ada yang harus dia lakukan, Ara memilih untuk datang ke perusahaan saudaranya.











•••











Zee sedang memeriksa beberapa naskah dan kontrak kerja artinya saat Ara tiba-tiba masuk dengan wajah kusut.

Melihat wajah saudaranya yang semendung awan sebelum badai, Zee menghentikan aktifitasnya. Kedua tangannya bertumpu pada dagunya, berusaha terlihat imut di depan kakaknya.

Bukannya gemas Ara justru ingin melempar asbak ke arahnya.

"Tidak lucu sama sekali..."

"Benarkah? Tapi kata Marsha ini lucu"

Ara memutar matanya jengah, berusaha untuk tidak mual mendengar perkataan Zee.

"Mana cincinnya?" Tanya Ara terus-terang.

Zee merungut, dia tersenyum miring.

"Cincin berlian sebesar 12 karat, Yessica pasti suka" Puji Zee, matanya tidak henti-hentinya menatap kotak cincin yang dia berikan kepada Ara.

Ara menerima kotaknya dengan senyum lebarnya, jari lentiknya dengan hati-hati membuka kotak tersebut.

Cahaya dari cincin berlian di dalam kotak membuat mata Ara ikut berkilau karena kagum.

"Aku akan memberikan ini ke Yessica saat dia pulang dari luar kota" Ucap Ara antusias.

"Luar kota?" Zee menatap Ara bingung.

"Iya, kamu bosnya kenapa tidak tahu" Sungut Ara kesal.

Zee terlihat semakin bingung, kepalanya miring dan seolah sedang mengingat sesuatu. Akan terapi kedatangan Marsha membuyarkan semuanya.

My Obsession (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang