Chapter 20 : Lembut🚫

6.6K 386 19
                                    

Note : sekali lagi yang tidak menyukai cerita 18++ dan kata-kata vulgar untuk tidak membaca cerita ini. Untuk yang masih di bawah umur sebaiknya ikut berhenti membaca. Terima kasih...


•Yessica PoV•





Aku menutup mataku rapat-rapat dan menarik selimut ketika suara pintu kamar mandi yang dibuka terdengar. Setelahnya semua kembali sunyi, aku ingin tahu apa yang sedang Ara lakukan tetapi kejadian saat di kamar mandi masih membuatku malu. Aku hanya bisa diam dan meremas selimut untuk menenangkan diri sendiri.

Semoga saja Ara tidak tahu jika tadi aku sempat mengintipnya mandi. Sejujurnya aku tidak berniat melakukan itu, sumpah!

Deg!

Jantung seolah berhenti bergerak ketika sebuah jari-jari halus menyapu pipiku, diruangan ini selain aku hanya ada Ara. Dan sudah pasti jika jarinya lah yang mengusap pipiku.

Wajahku memanas, aku kembali mengingat tubuh telanjang Ara yang berkilau karena air shower.

"Sudah tidur?"

"Sudah..." Jawabku tiba-tiba, aku terdiam dan sosok yang bertanya tertawa kecil.

Dengan perasaan kesal dan malu yang semakin dalam aku membuka mataku dan memukul lengan Ara. Dia meringis karena sakit, akan tetapi aku sama sekali tidak peduli.

"Duduk dulu..." Ara membantuku untuk bangun, dia kemudian berdehem kecil dan bangkit menuju salah-satu meja.

"Pipi kamu akan bengkak jika tidak diobati" Ucapnya sambil meraih sebuah botol kecil di laci meja dan kembali duduk di depanku, wajahnya tampak serius ketika mengamati pipiku.

Sejujurnya, rasa sakit dipipiku sudah jauh berkurang tapi itu mungkin masih meninggalkan bekas merah yang membuat Ara menyadarinya.

Aku hanya diam ketika ibu jari Ara bergerak mengusap pipiku, rasa dingin dari salep membuatku meringis ketika menyentuh kulit pipiku yang merah.

"Apakah sangat sakit?" Ara bertanya padaku, gerakan jarinya di wajahku berhenti.

"Sedikit, tolong lebih pelan" Kataku jujur, Ara mengangguk. Dia kembali menggerakan jarinya tetapi kali ini begitu lembut.

Merasakan ibu jari Ara dipipiku serta wajahnya yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahku membuat nafasku tersekal.

"Kamu cantik..." Puji Ara tiba-tiba, aku merasa lidahnya adalah bagian lain dari gula. Sangat manis dalam menggoda.

"Ini serius bukannya untuk menggodamu"

Kali ini aku terdiam kaku, dia menatapku serius saat mengucapkan kalimat tersebut. Seolah menyiratkan bahwa kata-katanya bukan hanya bualan semata. Apakah dia selalu seperti ini? Hah! Hatiku berdebar kencang.

Rasa panas diwajahku semakin terasa dan itu menyebar ketelingaku, aku yakin wajahku saat ini memerah karena malu. Aku menundukkan wajahku cepat, takut jika Ara melihatku yang seperti ini.

"Chika..." Panggil Ara lirih, kedua alisku menyatu mendengar nama itu. Dengan refleks aku mengangkat wajahku dan membuat mata cokelatku bertatapan dengan mata gelap Ara yang menawan.

Aku ingin bertanya, mengapa Ara tiba-tiba memanggilku dengan nama itu? Akan tetapi bibirku seakan terkunci dan kembali diam, pertanyaanku hanya tersangkut di tenggorokan.

"Mereka yang menyakitimu akan membayar mahal" Lirih Ara, wajahnya maju kedepan dan detik berikutnya aku dapat merasakan bibirnya yang lembut dan kenyal hinggap di pipiku.

Aneh, bukannya marah dan menghindar aku justru memejamkan mataku dan menikmati sensasi lembut tersebut.

Aku tidak tahu apa yang Ara pikirkan ketika melihatku tetap diam disaat dia menciumku. Apakah dia menganggapku murahan? Atau....

My Obsession (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang