Chapter 37 : End

4.7K 333 110
                                    

                           ~Ara PoV~

Aku tidak pernah membenci dunia, tapi kenapa dunia suka sekali mempermainkanku?

Di mulai dari Fiony, wanita berwajah manis yang sudah dengan terang-terangan membohongiku. Dan sekarang Yessica, pemilik mata cokelat dengan senyumnya yang menawan.

Tidak tahu sejak kapan aku mulai mencintainya, itu terjadi secara tiba-tiba dan diluar kendaliku. Aku bukan orang yang baik, selain keluarga dan teman yang benar-benar dekat denganku orang lain adalah hama bagiku. Masa mudaku bahkan kuhabiskan sendirian...

Tapi sekarang Yessica juga sama, bahkan sakit yang dia beri jauh lebih dalam dan menyakitkan. Membuat kepalaku pecah dengan rasa frustasi.

Ini sudah setahun, tapi rasa sakit yang dia tinggalkan tidak pernah berkurang.

Dia pergi.

Tidak sendirian, dia pergi dengan membawa serta duniaku.

Penghianatan dan kepergiannya membuatku berada di kamar pesakit sebagai pasien rumah sakit jiwa.

"Selamat pagi Ara..." Dokter wanita yang merawatku berjalan masuk, tatapannya terkunci ke wajahku.

Seperti hari-hari sebelumnya, aku hanya menatapnya sekilas sebelum kembali menatap cakrawala jauh di balik jendela besi.

"Hari ini Nyonya Shani datang, benarkan? Aku sedang sibuk dengan skripsiku tadi..."

Yah, dokter yang merawatku masih kuliah.

Meski aku tidak meresponnya, dokter itu masih saja berceloteh. Suaranya yang lembut dan riang menggema terus menerus di dalam kamarku.

"Aku tidak sabar buat wisuda dan kemudian fokus merawatmu" Godanya.

Dengan gerakan lembut dia berdiri di depanku, bergerak seolah-olah sedang melakukan wisudanya. Sangat lucu...

"Indira Putri Seruni blablabla..."

Aku tetap tidak menanggapinya, mataku masih menatap ke luar jendela. 

Dokter Indira tampaknya lelah dengan celotehannya sendiri, jadi dia ikut duduk di ranjang pasien dan menatap wajah sampingku.

"Kamu cantik, tapi itu tertutup kabut patah hati" Lirihnya, dan yah dia benar.

Sudah kubilang, kepergian Yessica bukan hanya menghancurkan lebih jauh dia membuat duniaku runtuh.

Tiba-tiba Indira yang duduk di sampingku merogoh sakunya, sepotong cokelat dengan merk pasaran hampir menampar wajahku.

Aku tanpa sadar menghindar, melihat itu dia melongo.

"Hey, kamu mendengarku!?" Tanyanya antusias.

Yang benar saja, aku tidak tuli!

Aku berbalik dan membalas tatapannya, manik mata kami berdua beradu.

"Yessica..." Lirihku, lagi perasaan sakit yang teramat sangat menghantamku.

Kepalaku berdenyut hebat, seolah-olah sebuah palu besar memukulku. Aku membenci rasa sakit ini, jadi aku menunduk dan menjambak kepalaku sendiri.

"Tidak...tidak...dia jahat..." Racauku.

Dokter Indira yang melihatku tampak panik, berkali-kali dia berusaha menenangkan akan tetapi suaranya yang menghiburku teredam.

"Araaa...."

"Raaaa"

"Tapi aku menyukaimu..."

"Kalau begitu aku akan berdiri disudut ruangan dan tidak akan mengganggumu, jangan khawatir"

Aku tanpa sadar menatap kearah sudut ruangan, benar saja ada Yessica yang berdiri di sini. Sedang menatapku dengan mata cokelatnya indah, dia tersenyum manis dan itu membuat rasa sakit di kepalaku menghilang.

My Obsession (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang