Chapter 36 : 11.765 km

2.3K 257 35
                                    

HAYOOO SIAPA YANG PART SEBELUMNYA MARAH-MARAH😭😭😭

•••

~Yessica PoV~

Aku menatap Xander yang berada di atasku, matanya yang terpejam membuatku sedikit lega. Setidaknya dia tidak melihat setengah tubuhku yang telanjang.

Aku tahu, di balik pintu kamarku ada Ara yang sedang berdiri. Jadi sekali lagi aku dan Xander mendesah.

Sejujurnya, aku sama sekali tidak pernah berpikir jika suatu hari aku akan mendesah di bawah tubuh orang lain selain Ara. Itu bukan hanya menyakiti Ara tapi lebih jauh menyakitiku juga.

Ceklek...

Suara pintu yang terbuka membuat jantungku berdetak kencang. Ara ada disini.

"Flora tutup pintunya..." Suaraku bergetar saat berbicara, berusaha menahan tangisku.

Sepi.

Tidak ada sahutan, apa Ara seschock itu? Aku penasaran dan ingin melihatnya. Dan sialnya, ini adalah tatapan Ara yang membuat hidupku berantakan selama bertahun-tahun kemudian...

"Xander, tolong menyingkir sebentar..."

Mendengar ucapanku Xander mengangguk, dengan mata terpejam dia merebahkan tubuhnya tepat di sebelahku dan itu juga memudahkanku menatap langsung mata hitam pekat Ara yang berkabut.

"Araaaa..."

Aku terdiam, begitupun dengan Ara.

"Suruh dia pergi agar kita bisa melanjutkan yang tadi" Xander menyelaku.

Ara yang mendengarnya tersenyum tipis, dia kemudian berbalik dan menutup pintu kamarku dari luar.

Selesai...semuanya selesai.

Aku terdiam, seluruh sendiku seolah remuk. Aku bahkan tidak sadar dengan air mataku yang terjatuh.

Krekkk...

Dari arah lemari Flora dan Alex keluar, tidak ingin melihat tubuhku yang setengah telanjang. Alex juga melakukan apa yang Xander lakukan, memejamkan matanya.

Flora bergegas kearahku, menarik lingeri tipis tanpa lengan yang tersangkut di perutku dan memakaikannya ke tubuhku.

Disisi lain Xander bangkit, wajahnya memerah.

Dia kemudian meraih baju kaosnya yang tersembunyi di balik selimut.

"Flo...Ara melihatku" Lirihku, tenggorokanku tercekat.

"Ini kan yang kamu mau? Ara sudah melihatnya..." Flora yang sejak awal tidak setuju dengan ideku hanya bisa meraih tubuhku dan memelukku erat.

Pelukannya hangat, tapi itu tidak sehangat peluk Ara.

Air mataku kembali terjatuh. Xander dan Alex yang tidak ingin bermain lebih jauh memilih untuk keluar kamar meninggalkanku dan Flora berdua.

5 menit kemudian.

Alex dan Xander kembali masuk.

"Mobil Ara masih ada di bawah" Kata Alex, aku menatapnya bingung.

"Diluar hujan, dia berjalan kaki entah kemana"

Kali ini aku tidak bisa diam lagi, aku bergegas bangkit dan meraih jaket milik Alex kemudian berlari keluar apartemen tanpa alas kaki sama sekali.

Benar saja, setibanya di parkiran aku masih bisa melihat mobil Ara. Takut terjadi sesuatu dengannya, aku menelusuri setiap ruas jalan mencarinya.

Hujan yang menerpaku membuat tubuhku mengigil kedinginan, dan sepertinya bukan hanya aku.

Aku berhenti melangkah.

Tiga meter didepanku, aku dapat melihat Ara yang berjalan dengan lambat.

Mataku memanas saat melihat punggungnya yang basah karena hujan.

Maaf...

Aku minta maaf Ara, aku tidak punya pilihan. Setidaknya jika kita berpisah dengan jalan ini, kamu akan punya waktu untuk membenciku dan melupakanku. Itu akan berbeda jika kita tiba-tiba berpisah, kita berdua tidak akan sanggup kan?

Aku tidak tahu Ara ingin kemana, tetapi langkahku terus mengikutinya.

Hingga akhirnya langkah Ara terhenti di sebuah halte bus yang tidak beroperasi lagi.

Kupikir dia akan berteduh, tetapi tidak dia terus berdiri didepan halte. Tatapannya sayu.

Sayang, aku minta maaf...

Bibir Ara bergetar, pertahananku hampir roboh melihatnya menggigil kedinginan.

Di bawah derasnya hujan aku dapat melihat Ara mengeluarkan sebuah kotak cincin, dan saat dia membukanya dengan perasaan sakit yang jelas aku terisak.

Aku menutup mulutku sendiri, berusaha menahan suara isakku.

Dadaku terasa sesak, bahkan saat aku menepuknya dengan kepalan tanganku sesaknya tidak hilang sama sekali.

Melihat Ara yang kehujanan seperti itu air mataku terus mengalir. Aku kembali mengingat hari dimana dia datang memakaikanku jaket dan memelukku, berusaha menenangkanku di halte bus saat hujan deras.

Itu adalah hari di mana aku tidak membenci hujan lagi. Hari dimana aku akhirnya punya rumah.

Dan sekarang, saat melihat Ara yang basah kuyup tanpa bisa aku peluk dan menghangatkannya tangisku kembali terdengar.




                  ~Yessica PoV end~





•••










3 hari kemudian...

Yessica menatap gumpalan awan di luar jendela pesawat. Cuaca hari ini begitu cerah.

"Indonesia hangat aku suka" Seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun yang duduk di samping Yessica membuka suaranya.

"London juga bagus, itu adalah tempat yang romantis di setiap sudutnya" Balas Yessica, mata cokelatnya membentuk bulan sabit saat tersenyum menatap anak di sampingnya yang mempunyai rambut berwarna putih.

"Romantis tapi tidak ada ayah apa gunanya"

"Leon anak yang hebat, bukannya ayah Leon bekerja keras? Dia akan datang setelah pekerjaannya selesai" Hibur Yessica panjang lebar.

Anak laki-laki yang bernama Leon ikut tersenyum karena senyuman Yessica.

"Kata uncle di London banyak orang berambut putih, aku tidak akan di bully saat sekolah di sana" Leon kembali berbicara.

"Kamu pernah di bully?" Tanya Yessica memastian.

Leon menatap sekeliling, berharap tidak ada yang mendengarnya.

"Teman-teman menganggapku aneh karena punya rambut putih padahal orang asia, aku sudah bilang kalau ini namanya albino tapi mereka pura-pura tidak mengerti"

Yessica menatap Leon prihatin, dia kembali mengingat dirinya yang dulu. Sering di bully karena punya ibu gila dan ayah yang tidak tahu siapa.

Itu membuatnya berubah menjadi wanita yang haus kasih sayang dan suka melakukan hal-hal nakal, hingga akhirnya dia bertemu Ara.

Memikirkan Ara, sudut kecil di hati Yessica kembali berdenyut sakit.

Malam itu di tengah hujan deras, Zee datang dan membawa Ara pergi. Itu adalah hari terakhir Yessica melihatnya secara langsung.

Dan sekarang, dia dan Ara terpisah jauh.

Dipisahkan oleh jarak sejauh 11.765 km.

Kehilangan Ara membuat tubuh dan hati Yessica luka. Luka yang begitu dahsyat yang susah sembuh atau mungkin tidak akan pernah sembuh lagi....

My Obsession (Chika×Ara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang