07 - EXCITING PUNISHMENT

8K 195 5
                                    



Ceysa benci Rama. Setelah membuatnya jatuh di kelas, dia tidak juga puas dan membuat ulah lagi dengan cara menaruh beling di sepatunya.

Demi Tuhan, Ceysa tidak memaafkan kesalahannya.

Dalam waktu yang bahkan belum genap dua hari pun, cowok itu sudah membuat Ceysa menaruh rasa benci sebesar ini padanya. Di sisa waktu yang bahkan masih lama, Ceysa tidak yakin akan kuat terus bertahan di sekolah yang sama dengan Rama.

Dia tidak bisa jika harus bertemu dan bertemu lagi dengannya.

"Cey, kaki lo kenapa?!" jerit Lana, kepala Ceysa yang sudah pusing dibuat semakin berdenyut oleh kehebohan gadis itu. "Bukannya yang luka cuma lutut lo, ya? Lo bilang kaki lo gak papa. Tapi kok bisa sampai dibalut kayak gini?"

Lana dengan ceroboh menyentuh kakinya membuat Ceysa memekik refleks.

"Eh, sorry, sorry! Gak bermaksud, Cey!" Lana gelagapan.

Ceysa dibantu untuk duduk di kursi kayu panjang. Saat ini, dia hanya ingin mendinginkan kepalanya dulu. Sedikit melupakan rasa sakitnya walaupun itu tidak berguna.

Demi apapun, yang Ceysa butuhkan detik itu hanyalah tenang.

"Hey!" Ceysa terperanjat oleh Alva yang menghampiri, kedua tangan Alva menumpu di bahunya. "Gimana kaki kamu? Gak luka serius, kan, setelah kena pecahan kaca?"

Tangan Alva beralih ke pipinya, cowok itu terlihat sangat khawatir pada keadaan Ceysa sekarang ini, mendesak Ceysa untuk segera menjawab pertanyaannya.

Tapi jawaban yang Alva dapatkan tidak sesuai inginnya. "Kok kamu bisa tahu kalau kaki aku kena kaca?"

Waktu berhasil teralih hanya beberapa menit oleh suara lebih heboh dari Lana. "Kaki lo nginjek kaca, Cey?! Seriusan?!"

Ceysa bergeming, yang dia butuhkan sekarang bukan lagi ketenangan, namun alasan masuk akal dari Alva yang bahkan Ceysa sendiri belum sempat bercerita apa pun padanya.

"Dan kamu ke mana pas jam pelajaran pertama tadi?"

Alva menarik napas panjang. "Petugas UKS yang bilang, dan di jam pertama tadi aku gak bisa dateng karena ada kepentingan mendadak."

Ceysa terkekeh jenaka. Ini bahkan seperti alasan yang diterimanya saat Alva membawanya ke club hari lalu. "Atas nama pekerjaan lagi?"

Lalu soal petugas UKS yang dikatakan Alva, "gak ada sama sekali petugas UKS yang datang waktu aku luka tadi."

Alva seperti tersudut oleh tindakannya sendiri, walau Alva yakin Ceysa tidak mungkin menuduh apalagi membencinya. Selain itu, Alva sendiri juga tidak akan sudi melakukan perbuatan rendahan seperti ini.

"Aku—"

"CEYSAAAA!!" Kedua mata Ceysa terpejam lagi, kali ini teriakkan yang dia dapat lebih daripada suara mercon Lana.

"Kaki lo gak papa kan, Cey? Tulang-tulang lo gak patah, kan?" celetuk Zio.

"Udah dapet perawatan yang bener-bener baik kan, Cey? Luka lo pasti lumayan abis kena beling." Juan menimpali.

Leo adalah yang merasa sangat bersalah di antara ketiganya.

"Sorry banget, Cey. Sorry juga buat elo, Va. Tadinya gue mau kasih tahu ini ke lo waktu di kelas, tapi lo nya gak ada."

Leo terlihat menatap tidak suka gadis di samping Ceysa, sebelum menyempurnakan kata-katanya.

"Gue lihat Ceysa pergi ke kelasnya Rama sama cewek itu."

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang