20 - FEARS

2.8K 101 1
                                    


"Kak, ngapain, sih?!" Ceysa didudukan di sebuah kursi dekat ranjang. Walau pun Rama tidak melakukan sesuatu yang tadi sempat terlintas di kepalanya, amit-amit kalau sampai terjadi. Detak jantung Ceysa tetap belum bisa terkontrol dengan baik.

Ya, bagaimana mau tenang kalau sekarang dia ada di kamar Rama bersama pemiliknya sekaligus?!

"Gue mau dandanin lo. Biar kalau nanti gue ajak lo jalan, lo udah gak perlu make over lagi karena ada gue."

Ceysa menahan tawanya, merubah itu dengan raut wajah normal saat Rama menggeser kursi lain ke hadapannya. Ternyata perkataan Rama bukan cuma omong kosong karena cowok itu benar-benar memperlihatkan peralatan make up padanya.

"Geer banget, sih. Emangnya siapa yang udah bilang mau?"

"Harus mau!"

Selalu on time setiap kali tatapan Rama berubah galak, Ceysa harus jadi kucing manis yang penurut. Pemaksa emang!

"Tapi kamu beneran bisa dandanin, kan?" tanya Ceysa lumayan ragu.

"Bisa," jawab Rama sinis. "Ubah tatapan lo itu dan sebisa mungkin anggap gue manusia."

Ceysa merengut kesal. Memangnya kelihatan banget ya muka takutnya ini?

Kalau begitu baik Rama, spesial hanya karena Ceysa tidak mau membuat Rama makin frustasi, Ceysa akan tersenyum dengan sangat cantik untuk kamu.

Rama menarik sudut bibirnya. "Baru gue suka liatnya."

Ceysa diserang pegal. Setelah dimintai memejamkan mata tadi, ada yang rasanya aneh karena Rama lama sekali mendandaninya. Wajahnya juga rasanya abstrak banget sekarang. Ini Rama beneran bisa, kan?

"Selesai, Cey." Setengah jam, atau satu jam? Ceysa hampir menutup matanya karena merasa kantuk sejak tadi. Itu pun masih untung karena Ceysa tidak menguap di depan Rama.

Rama lalu meminta Ceysa untuk menggeser kursinya menghadap cermin, dengan Ceysanya sekalian.

"AKKHH!" Ceysa terperanjat kaget, matanya mengerjap-ngerjap dengan menormalkan degup jantungnya.

Rama idiot! Maksudnya apa dengan bedak sedempul ini, mirip kuntilanak. Alis Ceysa tebal sebelah dan bibirnya, gak bismillah dulu pasti Rama ini! Bibir Ceysa jadi terlihat dower dengan lipstik merah yang dioles asal-asalan sampai ke sisi-sisinya.

"Kak, gak lucu!"

"Kenapa, Cey? Lo cantik kayak gini."

Cantik apanya MENOR kayak gini?! Ceysa menarik kaos yang dikenakan Rama lalu menggunakannya untuk menghapus make up di wajahnya.

Rama menertawakannya puas, sial itu lumayan berefek pada luka perutnya.

"Kamu sengaja ya, Kak? Kamu mau ngerjain aku, kan?!" teriak Ceysa sebal.

Ceysa mengusap lipstik di bibirnya, duduk di depan Rama lagi, tangan kirinya menangkup pipi Rama lalu tangan kanannya mengoleskan lipstik itu dengan lumayan kasar ke bibir Rama.

"Rasain!" Pembalasan impas!

Rama malah makin tertawa sampai tiba-tiba tawanya berhenti, berganti menatap Ceysa dengan seringai miring. "Kenapa gak langsung pake bibir lo aja balas dendamnya?"

Memukul bahu Rama brutal, bodo amat ya sakit lagi! Rama juga tidak pernah memikirkan bagaimana perasaannya diperlakukan seperti ini olehnya. "Modus!! Gak lucuu!!"

Ceysa melipat tangan memunggungi Rama, dia pikir Ceysa gak blushing apa? Apa kabar jantung yang sekarang disko gara-gara Ceysa makin tidak bisa mengendalikan napasnya?

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang