14 - NOT AS BAD AS IMAGINED

4K 124 11
                                    

Ceysa benar-benar dibuat panik setengah mati di ruangan itu. Bagaimana seseorang yang walau pun tak sengaja bisa tenang begitu saja setelah kejadian tadi? Ceysa sungguh mengutuk dirinya sekarang. Jika bukan karena keteledorannya, Rama tidak mungkin terluka dan berakhir dibawa ke rumah sakit seperti ini.

Dan di sini Ceysa berada, di sebuah kursi di mana bisa dia lihat dengan seksama keadaan Rama. Untungnya, pertolongan cepat datang dan untungnya juga dengan cepat cowok itu sadar dari kondisinya.

Detik-detik Rama hilang kendali di ruangan tadi, rasanya menakutkan dan masih membayangi pikiran Ceysa. Tapi Ceysa harus tahu jika saat ini, dia harus mengenyampingkan rasa takutnya itu dulu dan menemani Rama sebagai tanggung jawabnya.

Ceysa tidak ingin dianggap tidak berperikemanusiaan karena mengabaikannya.

"Sekarang giliran kamu yang harus dengerin aku, Kak." Ceysa menatap Rama berharap. "Kamu mau, ya, nurut apa kata dokter?"

Rama memalingkan wajahnya. Seandainya Ceysa tahu jika yang memperparah adalah pertikaian yang terjadi antara dirinya dengan Alva. Hanya kebetulan saja ternyata takdir ingin bermain-main seolah Ceysa yang jadi tersangka utamanya, dia yang dianggap titik yang membuat Rama harus terkapar di tempat sialan ini.

Tapi bukan itu yang ada di pikiran Rama sekarang.

"Cey... gue gak papa. Kita gak perlu ngelakuin itu dan gue pun udah baik-baik aja."

Ceysa menggeleng kuat. "Kamu gak akan mungkin bisa baik-baik aja sebelum luka kamu ditangani, Kak. Kamu juga ngerti kalau itu bakalan fatal ke kesehatan kamu nantinya."

Ceysa tidak tahu, sebelum atau sesudah, Rama sendiri sudah sangat fatal.

"Gue bisa sembuh tanpa harus ngelakuin perintah dokter sialan itu."

Ceysa meminta Rama untuk membungkam mulutnya, enak banget ngomong kayak gitu!! Lemes banget, sih. Untung saja dokter sedang keluar sebentar untuk privasi.

"Kak, kamu tau kalau aku ngerasa bersalah banget udah ngelakuin itu ke kamu, aku ngerasa jahat banget udah ngelukain kamu. Jadi aku mohon, kamu harus mau, ya?"

"Plis..."

Rama kembali mengalihkan pandangannya, jadi dia akan memenuhi itu hanya demi menyenangkan dan menghilangkan perasaan yang itu pun bahkan hanya sebuah rasa bersalah? Demi seorang gadis seperti orang yang saat ini ada di depannya? Ada apa Rama?!

"Lebih baik kita pergi. Lo juga harus balik lagi ke sekolah dan belajar, kan?"

Ceysa ternyata tetap mengulur waktu demi Rama mau mempertimbangkan keinginan sebelumnya. "Aku bakalan ngerasa jadi orang paling jahat seumur hidup kalau kamu nolak, Kak."

Rama menghembuskan napasnya kasar, kenyataannya kamu memang sudah jadi penjahat Ceysa.

"Fine," jawabnya pasrah.

"Sudah bisa kita mulai?" Suara menginterupsi yang tidak lain berasal dari dokter yang menanganinya tadi benar-benar seperti menghabisi tenang Rama. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat menatap langkah kaki dokter Kiel yang melangkah ke arahnya.

Ceysa mengangguk antusias. "Kak Rama udah setuju, Dok."

Lalu tidak lama, datang dua orang suster dengan beberapa peralatan yang saat arah mata Rama mengarah ke sana, saat itu juga ia mengalihkan pandangannya lagi.

Perasaannya Rama mulai gelisah saat seorang suster atas intruksi dokter Kiel mulai mempersiapkan segalanya. Berusaha menangkal semua itu, Rama memfokuskan arahnya pada Ceysa yang dia rasa hanya gadis itu harapannya.

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang