04 - THE DARK SIDE RETURNS

9.2K 265 9
                                    

"Makasih udah temenin gue tidur tadi malam."

Ceysa jadi teringat kejadian itu. Lagi pula, mustahil jika ucapan Rama benar. Buktinya, Ceysa tidak bersamanya saat terbangun. Kalau pun Rama mengantarnya diam-diam ke rumah di satu waktu, itu juga tidak mungkin. Cowok itu tidak tahu di mana rumahnya. Mereka bahkan baru kenal tadi pagi.

Dan kebodohan yang anehnya Ceysa lakukan setelah jantungnya hampir jantungan gara-gara ucapan Rama, Ceysa langsung berlari ke kamar mandi. Dia sampai memeriksa seluruh tubuhnya karena panik.

Lalu, Ceysa tersadar sesuatu. Rama itu pemabuk. Jadi jangan bingung jika mulut cowok itu mengeluarkan kata-kata aneh. Dan mungkin saja Rama sedang meracau saat menghadangnya tadi.

"Dasar suudzon!!" Ceysa keluar dari kamar mandi kemudian memutuskan untuk kembali saja ke kelasnya. Alva belum juga terlihat memunculkan diri di tujuh menit terakhir waktu istirahat ini. Percuma juga ditunggu, pasti tidak akan datang.

Untuk menuju kelasnya, tidak jauh. Namun kebetulan melalui ruang UKS, Ceysa dapat melihat Juan dan Leo di kursi luar yang menarik perhatiannya. Ketika jarak menipis, Ceysa membulatkan mata spontan menyadari keadaan dua cowok itu.

"Juan, Leo, kalian kenapa?!"

Dalam duduknya, Ceysa bahkan juga baru sadar kalau sedari tadi dua orang itu tengah memegangi luka. Juan yang bonyok di bibirnya, Leo dengan luka lebam di bawah matanya. Ceysa meringis menatapnya.

"Alva Cey... kita digebukin dia."

"Hah?!" Ceysa terpekik keras oleh pernyataan Juan.

"Pas dia nanyain lo, kita jawabnya jujur. Ya, kita mana tahu kalau lo ngilang pas kita otw ke warungnya Bu Indah." Leo menimpali. Tapi karena sedikit nyerongot, luka di bawah matanya jadi semakin berdenyut ngilu.

Ceysa mencari satu orang yang biasanya bersama kedua cowok ini, tapi tidak ada sekarang. "Zio mana?"

"Di dalem, tepar tuh anak!"

Mendengar jawaban Juan, Ceysa buru-buru sekali masuk. Tepat ketika pintu terbuka, Ceysa dibuat melongo oleh keadaan Zio. Hampir setiap inchi wajahnya tidak terlewat sedikit pun oleh lebam.

Alva, benar-benar menghajarnya seserius itu, kah?

"Zio...! Gak papa, kan?"

Zio ternyata masih tersadar jika pun matanya memejam, tubuhnya sekarang seakan-akan remuk.

"Pacar lo udah gak waras, Cey." Zio mendesis berat. Ya, gila saja. Tak cukup dengan wajah ganteng paripurnanya yang jadi samsak, Alva juga beberapa kali memukul rahang dan perutnya.

Di luar dugaan siapa pun, tawa Ceysa meledak detik itu juga.

Zio mengernyit perih. "Kok malah ketawa sih, lo?"

"Ya, bagus dong kalau Alva emang beneran mukulin kamu. Siapa suruh coba ninggalin pas di club kemarin?" celetuk Ceysa.

Dari diam, tawa Juan dan Leo akhirnya ikut meledak di ruangan itu. Sudah jadi manusia paling sengsara hari ini, sekarang diskakmat juga oleh pacarnya. Ya, mampus.

"Bangsat emang," Zio mengutuk tiga orang ini.

------

Kelas berlangsung normal, tidak ada yang bersuara saat ini karena latihan mengisi soal sedang dilaksanakan. Guru di depan kelas, dan siswa di bangkunya.

Tapi tidak berisik, bukan berarti bisa dikatakan semua murid-murid di kelas ini jenius. Beberapa memang pintar, tapi sisanya juga tidak kalah pintar untuk membuat teknik mencontek yang ampuh tanpa tertangkap basah oleh guru. Tidak untuk ditiru!!

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang