25 - BIG BABIES

3.4K 94 7
                                    

Ceysa punya tugas pagi ini. Karena sering bosan dan berakhir jenuh jika di rumah, bermain ponsel terkadang malah membuatnya frustasi. Mengganti buku cerita setiap satu hari sekali mungkin akan jadi kebiasan Ceysa hari ini sampai seterusnya. Ketidakberadaan Mamanya benar-benar lumayan mengubah hidup Ceysa jadi berantakan. Moodnya seringkali anjlok akhir-akhir ini.

Ceysa melangkahkan kakinya sedikit terburu-buru, melewati lapangan.

Dan hal terbodoh yang dilakukannya detik itu, Ceysa berhenti di tepi lapangan basket. Hanya untuk memandangi Rama yang tengah bermain dengan bola di tengah-tengah lapangan.

Hanya untuk memandangi cowok itu dan anehnya Ceysa malah bengong di sana dengan tak hentinya menujukan tatap untuk Rama.

Ayolah, Ceysa! Bukan ini yang mau dilakukan. Kenapa malah berdiam diri di sini?

"Pacar lo nyamperin tuh, Ram!"

"Gak mau digodain, nih?"

Hah? Ceysa terkejut bukan main. Dia sampai tidak menyadari keberadaan Kafa dan Abra yang baru saja mengatainya tadi dengan tertawa.

Namun anehnya, masih tetap berdiri di sana. Seolah-olah ada yang ditunggu dan jujur sekali, Ceysa ingin merutuki dirinya yang malah memasang wajah bodoh dengan tidak bergerak sedikit pun.

Rama menghentikan aktivitasnya, membiarkan bola terpantul tanpa berminat lagi menaklukan tantangan yang sebelumnya diberi Kafa atau Abra. Mengambil jaket hitam dan menyampirkannya di bahu, Rama berjalan meninggalkan lapangan.

Kehadiran Ceysa sudah Rama sadari sejak memilih berhenti tadi, tapi membuat Kafa dan Abra terperanjat, karena Rama melewati Ceysa begitu saja tanpa terlibat perbincangan.

Sepatah kata pun.

Ceysa benar-benar mengutuk kebodohannya, malu. Tapi aneh sekali ketika muncul perasaan lain seperti —perasaan tidak rela jika Rama baru saja mengabaikannya.

Mengabaikannya!

Ceysa seolah-olah tidak bisa menelan bulat fakta itu.

Kafa berdiri diikuti Abra yang menghampirinya. Mata Ceysa langsung berlarian ke segala arah, makin malu jika tahu-tahu dirinya akan jadi sasaran ejekan mereka.

Kafa tertawa. "Tenang aja, nanti balik ke setelan awal kok orangnya."

Abra mengangguk mantap. "Dia itu paling gak bisa buat jauh dari pujaan hatinya."

Selesai mengatakannya, keduanya ikut meninggalkan Ceysa yang sekarang semakin kebingungan di tempatnya bertumpu.

Sebenarnya, perasaan Rama untuknya itu seperti apa?

------

"Hai, Cey, sendirian aja gue liatin?" Ceysa spontan mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya, istirahat ini masih tidak ada kegiatan, Ceysa juga malas ke kantin, dia jadi duduk di kursi luar kelasnya dengan membaca buku.

Ceysa terkejut, Moody. Kakak kelas yang tiba-tiba menyapa tentu saja sedikit membuatnya kebingungan. Jujur Ceysa kurang akrab pada siapa pun perempuan di sekolahnya selain Lana.

"Eh, hai, Kak. Iya, nih, lagi gabut."

Moody terkekeh kecil menyadari kegugupan Ceysa. "Santai aja kali. Oh, ya, Alva gimana keadaannya?"

Ceysa menoleh pada Moody yang kini duduk di sampingnya, fokusnya pada buku jadi berkurang dengan pertanyaan tadi. "Ada apa, Kak? Kok tiba-tiba nanyain?"

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang