18 - STALKING

3.3K 95 12
                                    

"Lho, kamu belum tidur, Kak?"

Rama sedikit mendengus. Mungkin jika bukan karena mood-nya yang sedikit mendung malam ini, atau kondisinya yang masih jauh dari kata baik. Kamu sudah jadi santapannya makan malamnya, Cey!!

"Kenapa emangnya? Biar lo bisa pulang lebih gampang setelah itu?" tanya Rama balik. "Pulang aja!"

Ceysa mencebikkan bibir, tapi juga tersenyum kecut. "Gak ah, mendingan juga di sini. Mama gak lagi di rumah soalnya."

Rama terkekeh. Tidak munafik, dia sangat senang meskipun Ceysa melakukannya dengan terpaksa.

"Bokap lo?" Setelah menggeser kursi, tangan Ceysa yang tengah mengupas
buah apel terhenti sebentar oleh ucapan Rama.

Ceysa tertunduk, menggantungkan Rama sebentar sebelum benar-benar menjawab perkataannya. "Udah jadi bintang."

Rama pelan-pelan tersenyum simpul, tanpa disadarinya, dia sedang dekat dengan gadis kuat yang ternyata Rama sendiri lebih lemah daripada gadis itu.

"Tidur sini!" Rama memberi ruang di sampingnya agar Ceysa bisa segera naik ke sana.

"Enggak, yah. Itu sih maunya kamu!"

Rama beranjak membuat Ceysa menghentikan kegiatannya. "Eh, mau apa, Kak?!"

"Mau jalan-jalan, Cey. Di sini bosenin!" rengek Rama.

"Ngapain?"

"Ngeliat bintang."

Ceysa tersenyum kecil. "Yaudah, aku bantuin turun ke kursi rodanya, ya?"

"Temenin, Cey..." Rama menolak kursi roda yang sudah Ceysa dorong ke dekat brankarnya. "Maunya digandeng."

Apaan-apaan?! Ceysa mengutuk Rama dalam hati. Kursi roda ini bahkan sudah dikhususkan untuk pasien sepertinya dan malah digantung oleh Rama?

Bukan manusia emang nih cowok!!

"Manja banget sih, Kak!"

"Kalau gak mau ya udah, pergi."

Ceysa menggerutu sebal. "Jutek banget sih, senyum dikit, kek."

Rama mendekatkan kepalanya ke wajah Ceysa tepat ketika kakinya menapaki lantai oleh susah payah tenaga yang dikeluarkan Ceysa. "Kecuali kalau lo mau ngulang kejadian yang terjadi tadi di sekolah, gue sangat mau buat kabulin itu untuk lo."

Ceysa mencubit keras perut Rama, kali ini tanpa peduli jika itu menciptakan ngilu yang sangat hebat di luka goresnya. "Rasain! Makanya jangan modus!"

"Lo jahat, Cey. Gue minta disayang bukan dikasarin."

Dih, meminta dispensasi tapi gak ngaca sendirinya kayak gimana! "Bawel!"

Mau tidak mau, Rama memilih tidak bersuara sedikit pun sampai Ceysa membawanya ke alun-alun rumah sakit ini.

Gila nih macan berat juga! Ceysa sebenarnya lumayan risih dipandangi oleh banyak sekali orang di sekitaran lorong tadi. Tapi dia terlalu sadar jika membangunkan sisi lain Rama sekarang lebih fatal dan lebih bahaya dari apa pun.

Ceysa tidak ingin dulu membuat masalah dengan cowok itu.

"Mau sambil duduk." Kalau ditanya kenapa sih harus pake rangkul tangan segala, Rama sebenarnya masih sanggup bahkan sangat sanggup untuk berjalan meski pun dalam kondisi begini. Tapi kalian tahu, ini langka dan bagaimana mungkin Rama melewatinya?

Dia harus menggunakan waktu sebaik-sebaiknya, bukan?

"Mama. Gue kangen sama dia," ujar Rama parau, melihat ke langit malam dengan satu bintang yang mengerlip paling terang di antara bintang lainnya.

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang