43 - HAPPINESS IS YOU

805 44 19
                                    



"Rama emang sama kita, tapi itu waktu istirahat. Kita enggak tahu dia kemana setelahnya."

Ceysa sungguh kalut, pesan itu seperti membawa dirinya pada gelisah yang sama sekali tidak diinginkannya. Ceysa sudah menemui Kafa dan Abra namun tidak mendapatkan kepastian, Ceysa juga sudah mencoba menghubungi Rama beberapa kali, tapi tidak ada jawaban-itu yang menambah kegelisahan Ceysa semakin besar pada akhirnya.

Ceysa benar-benar takut.

Dia takut jika benar-benar tidak bisa menemukan Rama.

Mempercepat langkah kakinya, seluruh pergerakan Ceysa sempat beku sebelum tiba-tiba responnya tergerak pada sosok yang keluar dari sebuah mobil, berhenti di parkiran yang perlahan sepi.

"Kak Rama...!"

Secepat kilat, Ceysa berlari ke arahnya lalu memeluknya.

Rama bergeming, meresapi hangat peluk yang dihantarkan Ceysa untuknya, dia masih mencerna tentang perlakuan tiba-tiba Ceysa juga pelukan yang terasa sangat erat ini. Tanpa mengindahkan berbagai pertanyaan di kepala, ada apa? Kenapa Ceysa menangis?

Namun Rama menunggu sampai Ceysa yang berbicara sendiri.

"Kamu gak papa, kan, Kak? Gak ada yang luka, kan?"

Rama bingung, Ceysa memeriksa seluruh tubuhnya dengan tidak tenang seakan sesuatu baru saja terjadi padanya. Suara gadis itu juga gemetar. "Gue gak papa, Cey."

Ceysa memeluk lagi, semakin terisak, Rama juga bisa merasakan kepala Ceysa yang ikut menggeleng dengan kuat. "Aku khawatir sama kamu, Kak. Aku takut. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu. Aku takut kehilangan kamu."

Di sisi kebingungan yang melandanya, hati Rama menghangat. Pertanyaan sebelumnya seperti terhapus begitu saja, berganti senyum yang perlahan-lahan terukir di bibirnya. "Gue seneng lo khawatirin gue, Cey."

Ceysa mengangkat kepalanya, cemberut pada Rama yang malah mengatakan senang padanya. "Aku serius, Kak! Aku bener-bener takut kehilangan kamu!"

Rama mengalah, mengangguk lembut, kemudian menangkup pipi Ceysa yang setinggi dadanya setelah menghapus air matanya.

"Gue gak akan kemana-mana, Cey. Gue di sini buat lo. Gue gak akan pernah pergi."

Ceysa sedikit demi sedikit mulai tersenyum, hatinya menenang dengan fakta jika Rama baik-baik saja dan dia benar-benar tidak pergi ke mana pun, dia ada di hadapannya sekarang.

"Gue cuma pulang buat mastiin keadaanya Papa, Cey. Gue gak hilang," lanjut Rama lembut.

Menarik tangan Ceysa, Rama membawanya duduk, tujuannya kembali memang untuk gadis itu. Agar ada yang di sampingnya ketika pulang, agar tetap ada yang memperhatikannya, agar Ceysa pulang dengan selamat dan dia sendiri yang memastikannya.

"Aku takut banget, Kak...." Memperhatikannya, seolah memang ada yang menganggu pikiran Ceysa melihat raut wajahnya, tangan Ceysa juga terus menggengam tangan Rama seolah-olah tidak rela jika Rama pergi lagi darinya.

Kepala Ceysa menggeleng, meski pun hatinya memang berangsur tenang dengan bersama Rama, perasaan gelisah itu tetap menetap di relung Ceysa dan sulit bagi Ceysa untuk menepikannya.

"Ada orang yang ngirim pesan ke aku kalau aku gak akan bisa nemuin kamu. Aku takut kalau itu adalah ancaman. Aku gak tahu lagi harus sama siapa aku bergantung kalau kamu enggak ada, Kak." Ceysa sungguh tidak ingin itu terjadi.

"Aku nyariin kamu," lanjut Ceysa parau.

Rama mengangkat tangannya mengelus rambut Ceysa sebab saat itu, Ceysa kembali mendekapnya. Ceysa juga kembali terisak meski pelan. "Kenapa, Cey?"

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang