29 - MY HEART BEATS ONLY FOR YOU

2.5K 93 0
                                    



Sedang sangat malas, Ceysa disuruh guru olahraganya mengambil bola. Ceysa yang sedang duduk berdua dengan Lana saat itu mau tidak mau harus menuruti perintah Pak Sucipto. Tidak masalah sebenarnya jika disuruhnya sebelum duduk, Ceysa terlanjur pewe dan nyaman banget ngobrol dengan Lana soalnya.

Dengan memaksa tersenyum, Ceysa bangun lalu bergegas. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya karena ternyata Ceysa harus melewati cukup panjang koridor untuk mencapai gudang.

Bola voli yang diminta Pak Sucipto disimpan di gudang.

Masuk ke dalam, Ceysa masih harus mencari letaknya dan ternyata di sana gelap. Ceysa ingin mencari saklar, tapi rasanya itu terlalu membuang-buang waktu.

Ceysa kira, dia akan kesulitan mencari bola dengan keadaan gelap di ruangan itu. Bibirnya mengukir senyum lebar melihat benda yang dimaksud telah ada pada bidikan matanya.

Ceysa tidak perlu kesusahan mencari karena ternyata bolanya ada di meja lurus dengan arah matanya memandang sekarang.

Pergerakan Ceysa terhenti, atmosfer di ruangan dengan cepatnya berubah tepat ketika tangan Ceysa baru berhasil mengambil alih bola ke tangannya.

Baru.

Tubuh Ceysa menegang, tentu saja karena seseorang sedang menatap ke arahnya dengan sangat tajam sekarang.

Dan orang itu, orang yang sejak malam kemarin ada, adalah orang yang benar-benar ingin Ceysa jauhi keberadaannya.

Itu keputusan Ceysa untuk menghadapinya kali ini.

Ceysa sungguh beranjak menjauh ketika suaranya terdengar.

"Jadi kapan lo mau nerima gue?" tidak keras, tapi membuat atmosfernya makin tidak mengenakan di nada suaranya yang terkesan mengintimidasi.

Ceysa merasa terdesak, akhirnya memilih untuk tetap pada pilihan pertama dan tetap menjauhi Rama.

"Gue udah hampir putus asa sama lo, Cey!" Makin mengintimidasi Ceysa, tapi berpikir dua kali. Ini waktu yang tepat untuk Ceysa bisa ungkapkan suara hatinya pada Rama.

Dan dengan senang hati, Ceysa akan menyambut rasa putus asanya.

"Aku udah pernah bilang, kan? Aku udah pernah bilang ke kamu kalau aku gak bisa." Ceysa menggeleng setelah berbalik, menatap Rama instens-ini keberaniannya dan rasa muaknya terhadap Rama. "Nerima kamu, adalah hal paling mustahil yang bakalan aku lakuin selama masih ada Alva di hidup aku."

"Selama ada Alva!" ulang Rama penuh penekanan, kepalanya mengangguk dua kali. "Jadi kalau Alva gak ada, lo bakalan nerima gue?"

Pikiran Ceysa langsung melayang pada ucapan Rama kemarin di rumahnya-hubungan darah tidak akan jadi penghalang cowok itu untuk mengabulkan keinginannya termasuk jika harus; menyingkirkan Alva.

Ceysa sangat benci sikap nekatnya ini!

Kembali berbalik, Ceysa tidak punya waktu lebih banyak lagi di sini hanya untuk melayani Rama. Dia harus segera pergi atau hukuman menantinya nanti.

Ceysa memutar handle, terkunci. Berusaha kali kedua, ketiga.

Dan benar-benar terkunci.

Ceysa tercekat ketika dalam satu hentakan, tangan Rama berhasil menguncinya. Merutuk dalam hati, demi Tuhan Ceysa benci terjebak dalam keadaan ini.

"Ini yang gak aku suka dari kamu, Kak. Kamu selalu ngedepanin cara maksa biar aku jawab pertanyaan kamu!"

Tidak ada rasa takut, memangnya kenapa? Ceysa memang sudah seharusnya marah dan itulah ekspresi yang pantas dilihat Rama saat ini.

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang