12 - WHO CAN BE TRUSTED?

4K 116 6
                                    


Kafa kembali lagi dengan tangan kosong. Ya, cowok itu harus mengalah dulu kali ini. Bukan karena Kafa sangat rela jika nantinya Rama akan berubah lebih buruk jika dibiarkan begitu saja, bukan karena dia tidak jauh berbeda dengan sahabat-sahabatnya Rama. Kafa mengerti untuk memberi Rama ruang bersama rumah keduanya. Walaupun terkadang terbesit di benak Kafa, dari mana yang disebut rumah oleh temannya itu jika kelakuan saja hampir tidak mencerminkan sama sekali?

Back to personal. Setiap orang punya sudut pandang berbeda tentang rasa aman dan nyaman.

Ingin menjahili Abra yang masih hangat-hangatnya dengan pacar baru, niat Kafa terhenti mendapati tiga orang yang muncul dari arah lurus. Mungkin akan melalui tempatnya atau tempat Abra sebentar lagi.

Kepalan keras tercipta di tangan Kafa, melihat wajahnya saja langsung mengingatkan Kafa saat dengan lancangnya tangan cowok itu menyentuh Lana. Kafa atau Leo yang akhirnya saling menatap, keduanya melangkah maju.

"Kita bersaing secara sehat," adalah ucapan yang keluar pertama kali dari wajah menantang Leo.

Kafa tertawa rendah. Lelucon, kah?

"Lo pikir apa? Lo bisa dengan mudah masuk dalam hubungan gue sama Lana? Kita pacaran kalau lo lupa!"

"Cuma pacaran, kan? Gue masih punya banyak kesempatan buat deketin Lana dan ambil hatinya."

Kafa tentu tersinggung, tapi dia tidak mau Leo tahu jika dia tersudut saat ini. Maka dari itu, Kafa lebih memilih menyudutkan lagi junior yang sedang mencari masalah dengannya ini.

"Lo punya apa sampai lo bener-bener percaya diri buat deketin dia?"

Leo tertawa remeh. "Semua orang juga tahu kalau cewek itu suka ini," memperlihatkan gerak ibu jari dan telunjuknya secara bersamaan pada Kafa, yang Leo maksud tentu saja 'uang.'

Kafa berdecih. Leo terlalu kecil untuk menilai Lana yang bagi Kafa benar-benar berharga saat ini. Tidak semua gadis itu materialistis, dan Kafa percaya Lana gadis baik-baik yang menjalani hubungan tanpa melihat latar belakang itu.

"Okay, gue terima." Abra sampai berjengit kaget mendengar penuturan temannya. "Tapi sampai gue tahu kalau tujuan lo deketin dia cuma karena lo mau mainin perasaannya, gue bakal bikin perhitungan."

Leo tertawa lagi, sepertinya dia tahu titik sensitif atau kelemahan seorang Kafa sekarang.

"Lo tenang aja, gue bukan cowok brengsek yang sukanya main cewek kayak temen kalian itu."

"Bangsat!!" Abra berteriak tidak terima, sayang seribu sayang bahunya ditahan Kafa saat cowok itu sangat ingin untuk membogem wajah Leo sampai benar-benar tak berbentuk.

Kafa menatap Leo yang menatapnya semakin rendah detik itu, oh dia sangat tahu jika sekarang adik kelasnya itu sedang puas menertawakannya.

"Lo marah, berarti lo setuju kalau temen lo itu emang brengsek?"

Abra hampir hilang kendalinya kembali karena satu lagi yang tiba-tiba menyulut emosinya, Juan. Orang yang asal bicara tentang Rama itu adalah Juan.

"Mereka gak akan pernah berubah. Mereka bakalan tetap anggap Rama buruk sebelum kita ungkapin satu kebrengsekan yang gue yakin kalau Alva juga punya itu."

Kali ini Leo yang mencoba menghadang Juan, ternyata Kafa memang tidak bodoh dan Leo mengakui itu.

"Ibarat langit dan bumi ... Alva itu emas." Leo menjawab lagi. "Dan temen kalian yang namanya Rama itu," senyumnya tertarik picik. "Dia sampah."

Abra berontak lagi. Sekarang umpatan demi umpatan benar-benar tak terelakkan dari bibir cowok itu. Apalagi Kafa yang tetap menahannya dan berusaha sabar, Abra tahu jika dia juga sama dengannya.

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang