15 - I WILL HAUNT YOU

3.9K 112 5
                                    



Belum ada pembicaraan semenjak Ceysa dibawa masuk ke mobil. Suasana dibuat canggung oleh Alva yang mendiamkannya. Tidak hanya itu, ya, setidaknya menatapnya atau tersenyum. Pandangan Alva hanya terfokus lurus dengan membiarkan kecanggungan semakin menjadi.

Ceysa sangat tahu jika Alva pasti, jika Alva pasti sedang marah padanya karena kejadian hari ini. Ceysa sangat tahu jika bukan karena dia yang menahan Alva untuk menghajar Rama saja, tapi juga karena dia ada di satu rumah dan itu hanya Rama.

Walau pun sudah sangat jelas jika yang dilakukan adalah untuk menebus rasa bersalah, Alva tidak akan pernah repot-repot menatap itu sebagai alasan, dia tidak butuh omong kosong.

Ceysa menunduk untuk memeriksa ponselnya yang berbunyi. Mendongak ke kaca untuk melihat Lana yang baru mengirimkannya pesan. Ngapain sih ngelakuin itu? Padahal bisa ngomong aja.

Lana:

Jujur ke gue, lo abis ngapain sama Kak Rama?!

Pertanyaan yang ambigu sekali. Lana pikir Ceysa macem-macem atau dimacem-macemin kali, ya?!

Ceysa:

Gak abis ngapa-ngapain! Pokoknya ada tanggung jawab yang harus diselesain dan itu gak boleh ditunda!

Lana di sana mengerutkan bibirnya, aneh. Tanggung jawab apaan coba? Terus kenapa seolah-olah Ceysa wajib sekali untuk melakukannya lewat kalimat yang dia tulis di pesannya ini?

Lana:

Tanggung jawab apaan, sih? Gak lagi kena jebakan batman, kan?

Ceysa mendengus sebal, Lana ini makin aneh aja pertanyaannya! Belum apa-apa, belum juga dijelaskan dan dia sudah membuat prasangka yang tidak-tidak.

Ceysa:

Jangan suudzon Lana! Terus kamu yang tiba-tiba bisa sama Alva ke sana itu karena apa kalau bukan tau kenapa aku ada di sana?

Lana cengengesan tanpa suara, dia baru ingat itu dan bagaimana dia bisa sampai ke rumah Rama tentunya karena Alva yang memberi kabar sekaligus Lana yang benar-benar tidak bisa lagi menahan khawatir untuk bertemu Ceysa.

Lana:

Ya, siapa tau alasan lo beda, kan?

Rasanya Ceysa ingin mengumpati temannya itu kalau tidak ada Alva di sampingnya.

Ceysa:

Kurangin suudzonnya!! Jangan sampai suudzon ke semua orang termasuk pacar sendiri.

Enak aja Ceysa..! Khusus buat pacar mah Lana gak akan pernah bisa melakukan hal yang tidak patut ditiru itu.

"Lo mau langsung pulang atau ikut?"

Atensi Lana langsung teralih pada Alva. Tanpa perlu bertanya lagi pun, Lana tahu jika pertanyaan itu sudah pasti untuknya.

"Gue ikut, deh. Jam segini belum pasnya pulang. Yang ada gue dimarahin Nyokap lagi nantinya." Malas juga jika nantinya akan ditanyai dengan sangat berisik oleh Maminya.

Ceysa menatap Alva lagi. Kali ini lebih dalam dan lebih berharap lagi daripada sebelumnya. Cuma Lana doang gitu yang diajak ngobrol?

Harapan Ceysa runtuh karena selanjutnya, Alva terfokus dengan ponselnya. Di kepadatan lalu lintas yang pastinya akan memakan waktu cukup lama itu, Ceysa benar-benar diabaikan dan tak dianggap.

Bahkan setelah keadaan kembali normal, Alva hanya menyimpan ponselnya di dashboard dan kembali lagi terfokus melajukan mobilnya.

Satu pertanyaan Ceysa.

RAMA: DANGEROUS BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang