.........
"Bapak kenapa ke sini?" Gauri bertanya ulang padahal belum ada semenit bicara.
Sungguh ia ingin tahu alasan sang mantan suami datang, tanpa memberikan kabar lebih dulu, sehingga membuatnya sangat kaget.
"Saya mau membawakan barang milik kamu yang tertinggal di kamar hotel, Bima memberi tahu saya tadi di bandara."
Jawaban sangat jelas. Gauri bisa memahami.
Lalu, ingin ditanyakan barang miliknya apa yang tertinggal di pesawat. Dan sang mantan suami segera mengulurkan padanya.
Gauri langsung membelalak ke arah tas kecil di tangan Affandra, berisi susu kehamilan dan beberapa vitamin untuk calon bayinya.
Gauri segera mengambil tas miliknya. Gerak spontan dengan tangan sedikit bergetar.
"Bapak lihat isinya?" tanya Gauri kemudian. Ia harus memastikan soal ini dengan amat jelas.
"Saya tidak lihat."
Gauri langsung mengembuskan napas yang cukup panjang, hendak melegakan diri atas jawaban dilontarkan oleh sang mantan suami.
Affandra tak mungkin berbohong.
Andai tasnya dibuka, dan semua isi di dalam dilihat, Gauri tidak tahu harus menjelaskan bagaimana jika Affandra curiga padanya.
"Makasih sudah bawakan tas saya, Pak Affa. Maaf, saya jadi merepotkan Bapak."
"Saya memang ingin ke sini."
Gauri kembali harus melebarkan kedua bola mata mendengar jawaban Affandra. Dapat pula menimbulkan persepsi lain di benaknya.
Tergelitik rasa ingin tahu alasan sang mantan suami berkunjung ke rumahnya pertama kali.
"Saya belum makan."
"Saya mau kamu memasak nasi goreng. Apa kamu bersedia membuatnya, Gauri?"
"Bapak mau makan nasi goreng?"
Atas pertanyaannya, didapatkan anggukan mantap Affanda dan senyuman pria itu.
"Baik, saya akan masak untuk Bapak."
Gauri lekas membalikkan badan. Ia berjalan lebih dulu dibanding Affandra. Tempat yang hendak dituju, tentu saja areal dapur.
"Kenapa ada banyak pakaian bayi?"
Langkah kaki Gauri jelas langsung terhenti mendengar pertanyaan diajukan Affandra.
Gauri lekas kembali ke dekat sang mantan suami. Ternyata, pria itu sudah duduk di sofa dan mengambil salah satu kaus bayi yang ada di sana. Sama sekali belum dibereskan.
Detakan jantung Gauri kencang bukan main. Ia berharap Affandra tak akan tahu jika semua adalah pemberian dari Flauz Weltz.
"Pakaian-pakaian bayi ini punya teman saya, Pak Affa." Gauri mengarang alasan. Perlu ia lakukan agar tidak timbul kecurigaan.
"Ini kelihatan lucu."
"Apa yang lucu, Pak Affa?" Gauri bertanya seraya kian memangkas jarak dengan sang mantan suami yang masih diam di sofa.
Arah pandang lantas mengikuti fokus Affandra tengah tertuju ke kaus mungil dipegang oleh kedua tangan kokoh pria itu.
"Baju ini lucu."
"Ini untuk bayi usia tiga sampai enam bulan."
Gauri asal saja menjawab, demi bisa berikan balasan atas ucapan sang mantan suami. Ia ingin obrolan mereka berdua tak usai.
Tentu masih bersikap waspada, andai saja Affandra menanyakan hal tak terduga.
"Untuk cewek atau cowok?"
"Mungkin cowok, Pak Affa."
"Nanti untuk anak saya, akan saya pilih yang hitam, bukan warnah merah. Mencolok."
Gauri langsung mendapatkan gambaran akan bagaimana calon buah hatinya mengenakan baju merah pilihan Affandra nanti.
Gauri pun jadi bertanya-tanya apakah jenis kelamin jabang bayinya. Sebab, ia belum memeriksakan kandungan ke klinik Kenanga untuk tahu gender yang sebenarnya.
"Bapak ingin punya bayi cowok atau cewek?"
Full ver part ini, di karyakarsa, link ada di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Untuk Mantan Suami
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan suami. Tak akan mudah melewati kehamilan hanya seorang diri, namun ia sudah bertekad untuk melahirka...