Tok!Tok!
Tok!
Didengar ketukan pada pintu rumah Gauri. Dilihat pula wanita itu membuka daun pintu dengan lebar untuk tamu yang datang.
Setiap pergerakan sang mantan istri selalu tertangkap oleh matanya, termasuk saat Gauri melangkah mundur secara tiba-tiba.
Seakan ada hal berbahaya di depan pintu.
"Ibu Aida?"
Affandra langsung bangun dari sofa, ketika mendengar nama sang ibu disebut.
Berjalan cepat ke arah pintu. Memastikan jika memang orangtuanya yang datang.
Sosok ibunya yang berekspresi amat dingin dilihat dengan nyata oleh matanya. Tatapan nyalang pada mereka, terutama Gauri.
Affandra segera melindungi sang mantan istri. Tak ingin sejengkal pun wanita itu disentuh ibunya. Ia bergerak ke depan Gauri.
Sayang, usahanya kalah cepat dari sang ibu.
Gauri ditarik menjauhi dirinya. Tidak ada celah yang cukup merebut mantan istri.
"Mama!" Affandra berteriak marah.
"Mama akan bawa dia untuk aborsi."
"Dia tidak seharusnya melahirkan anakmu dan mengacaukan rencana Mama."
"Anak kamu pantas Mama bunuh karena kamu sudah berani melawan Mama, Affa."
"Mamaaa!"
Affandra dalam emosi yang berat. Tetap ia berusaha mengambil alih sang mantan istri dari ibunya. Tak akan dibiarkan pergi.
Rencana busuk sang ibu harus diakhiri.
"Pak Affa, tolong saya!"
"Saya nggak mau kehilangan anak saya, Pak Affa! Tolong saya! Tolong saya, Pak Affa!"
Hati Affandra begitu sakit mendengar jeritan pilu Gauri dalam cengkraman sang ibu. Ia masih gagal menyelamatkan wanita itu.
Tangisan Gauri sangat mengusiknya.
"Pak Affa, saya nggak mau aborsi!"
"Pak Affa, tolong saya!"
Napas Affandra sangat memburu, saat tertarik bangun dari mimpinya yang seperti amat nyata. Ia duduk di atas kasur kini.
Keringat banyak keluar. Detakan jantungnya kencang karena dorongan rasa takut begitu besar yang menghantam dirinya.
Mata basah oleh lelehan cairan bening. Lolos dari netranya dan turun di kedua pipi.
Affandra tentu sudah sadar jika semua yang terjadi tadi, hanya sebatas mimpi buruk.
Namun, efek dari bunga tidur menyeramkan itu masih sangat terasa sampai detik ini.
Affandra sebenarnya juga bersyukur karena tak terjadi sungguhan di dunia nyata.
Jika benar-benar sampai dialami keguguran oleh Gauri, maka tak akan bisa terbayang dirinya apa akan bisa mengatasi kehilangan calon anak pertama mereka itu nanti.
Pasti sangat akan berduka dan terpuruk.
Rasa sayang pada jiwa murni yang sedang tumbuh di rahim sang mantan istri, sudah terlalu dalam dari hari ke hari.
Ingin dilihat anaknya itu lahir. Lalu, akan ia membesarkan dengan sebaik mungkin.
Kemudian, Affandra kembali diserang rasa cemas karena tak mendapati Gauri berada di sebelahnya. Padahal, mereka seranjang.
Dengan langkah panik, Affandra turun dari kasur. Ia bergerak cepat pula keluar kamar.
Ruang tamu disisir pertama. Sempat dikira tak akan ditemukan wanita itu di sana.
Gauri tengah duduk di sofa. Seperti sedang melakukan sesuatu, entah apa. Ia harus lebih mendekat lagk ke arah wanita itu.
Gauri tentu sadar kehadirannya.
"Pak Affa kenapa sudah bangun? Bapak baru saja tidur jam tujuh tadi. Belum satu jam."
Full versi part ini ada di karyakarsa. Link di bio.
Bisa dibeli juga dalam bentuk pdf, pemesanan via WA 081717254225. Only 40k untuk full versi cerita (50 bab) + 10 ekstra part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Untuk Mantan Suami
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan suami. Tak akan mudah melewati kehamilan hanya seorang diri, namun ia sudah bertekad untuk melahirka...