..........
Hari ini, Gauri memutuskan tidak bekerja. Ia bukan tak mau bertemu Affandra, melainkan karena kondisinya tak memungkinkan.
Kemarin malam mulai drop. Pusing, lemas, dan tak ada nafsu makan yang benar.
Kondisinya kian memburuk tadi pagi.
Gauri memutuskan pergi ke klinik milik sang sahabat, diperiksa oleh dokter pengganti sebab Kenanga sedang berlibur di Yunani.
Syukur, calon bayinya aman. Tak mendapat efek buruk karena kondisi tubuh yang kurang mengenakan. Itulah terpenting baginya.
Vitamin lebih banyak diberi daripada obat.
Dirinya disarankan beristirahat total selama dua hari minimal agar segera pulih.
Tentu saja akan dituruti. Bagaimana pun juga kehamilan yang sehat terpenting baginya.
Walau nafsu makan hilang, tetap dipaksanya diri menyantap bubur hingga habis. Harus tetap dijaga asupan gizi untuk calon bayinya.
Setelah perutnya terisi. Gauri menggunakan waktu untuk tidur lebih banyak karena malam kemarin hingga dini hari tadi, tidak bagus beristirahat. Apalagi, banyak beban pikiran.
Sebenarnya, Gauri ingin bertemu dengan sang mantan suami. Terus berusaha untuk membuat hubungan mereka membaik.
Rasanya baru beberapa hari belakangan ini, Gauri menikmati kehangatan Affandra yang didambakan sejak mereka menikah.
Konflik besar malah datang.
Membuat badai pertengkaran di antaranya dan Affandra yang membuat pria itu begitu dingin. Tak bisa untuk disentuh hatinya.
Gauri sempat berpikir kemarin malam tentang pengungkapan kehamilan pada Affandra akan dipercayai oleh mantan suaminya.
Namun, tidak ditunjukkan reaksi apa pun oleh Affandra. Rasanya tentu sakit hati. Mungkin ia sudah dicap sebagai pembohong besar.
Maka dari itu, Affandra diam saja semalam.
Andai punya bukti kuat, maka akan diberikan pada pria itu untuk mendukung kebenaran dirinya hamil darah daging sang mantan suami. Sayang, ia tidak memiliki.
Ting tong!
Ting tong!
Ting tong!
Gauri seketika menerapkan sikap waspada dan ketakutan juga menyerang perlahan.
Bel berbunyi. Sudah pasti ada orang di luar sana yang berniat mengunjungi dirinya.
Tak mungkin kurir pengantar paket, karena akan ditaruh di kotak barang dekat gerbang.
Lalu, siapa yang datang? Apa Hemmy?
Memikirkan saja sudah membuatnya geram. Ia tak akan membiarkan pria itu masuk.
Ting tong!
Ting tong!
Ting tong!
Bel kembali berbunyi. Mengusik Gauri.
Dengan perasaan semakin tak enak dan juga tubuh lemas, akhirnya dipaksa diri turun dari kasur guna melihat orang di luar sana.
Tentu, sangat berharap tak Hemmy Weltz.
Gauri berusaha melangkahkan kaki dengan kecepatan biasa, ditengah kepalanya yang masih saja terasa lumayan berat.
Berhasil keluar kamar dalam beberapa detik dan mencapai ruangan tamu yang jaraknya memang cukup dekat dengan ruang tidurnya.
"Gauri ...,"
Pandangan terarah ke lantai, spontan dibawa ke depan saat mendengar namanya disebut.
Suara amat dikenali karena tidak asing.
Benar, milik Affandra Weltz.
Gauri diserang kekagetan saat sang mantan suami bergerak cepat ke arahnya, tatkala ia baru saja ingin menatap netra pria itu.
Gauri pun nyaris sempoyongan menerima pelukan pria itu yang erat, namun untung saja bisa segera dijaga keseimbangan tubuh lagi.
Gauri hendak bertanya mengapa bisa pria itu ada di rumahnya dan malah masuk. Namun, ia tak bisa melontarkan sepatah kata pun.
Tersentak oleh tangisan Affandra.
Full versi part ini ada di karyakarsa. Link di bio.
Bisa dibeli juga dalam bentuk pdf, pemesanan via WA 081717254225. Only 40k untuk full versi cerita (50 bab) + 10 ekstra part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Untuk Mantan Suami
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan suami. Tak akan mudah melewati kehamilan hanya seorang diri, namun ia sudah bertekad untuk melahirka...