..............
"Saya masih di lift," jawab Affandra untuk pertanyaan sang ajudan yang hendak mengonfirmasi keberadaan dirinya.
Lalu, telepon diakhiri.
Mata memandang lurus ke depan, pada pintu lift. Sebentar lagi akan membuka untuknya.
Kurang dari semenit pun sudah tiba di lantai teratas kantor, tempat ruangannya berada.
Keluar dari lift, empat ajudan mendekat guna membuat formasi di sekitarnya. Dan tentu akan bertugas sebagaimana mestinya.
Mereka berjalan bersama ke ruangannya.
Yang lantas masuk ke dalam, tentu hanyalah dirinya. Para ajudan mengawasi di luar saja.
Andai tamu yang berkunjung cukup asing, maka salah satu akan menemaninya.
Pengecualian pula untuk informan pribadinya.
Pembicaraan mereka akan rahasia. Hanyalah dirinya dan sang informan yang boleh tahu.
"Selamat siang, Pak Affandra Weltz."
Sambutan penuh hormat didapatkan ketika berhadapan dengan Drawen Dharmawangsa.
Affandra membalas lewat dehaman kecil, sebelum duduk di kursi kebesarannya.
Tak segera dimulai pembicaraan, padahal ia punya beberapa pertanyaan diajukan. Lebih dulu melihat dokumen diberikan Affandra.
Berisi laporan detail pengawasan yang telah dilakukan informannya pada sang adik tiri.
Affandra memilih tak membaca karena akan menambah beban otaknya, ditengah rasa kacau yang masih membelenggu diri.
"Mereka berpacaran atau tidak?"
"Insting saya mengatakan tidak, Pak."
Affandra diam. Tak berkomentar apa-apa dan memilih mendengar penjelasan lebih lanjut yang bisa diungkapkan oleh Drawen.
Selama sepuluh tahun menggunakan jasa pria itu, belum pernah mengecewakan. Selalu tepat sasaran fakta dan kebenarannya.
Kali ini, Affandra ingin memercayai juga.
"Bukti konkret belum ada. Jadi kita harus menemukan fakta dari pihak lain, Pak."
"Apa maksudnya?" Affandra masih bingung.
"Kenanga Weltz."
"Ada apa dengan adik sepupu saya?"
"Kenanga Weltz adalah dokter kandungan dari mantan istri Anda, Pak Affandra."
"Kenanga Weltz juga sahabat dari Gauri Chandrata. Biasanya antar perempuan, suka berbagi rahasia satu sama lain."
"Saya yakin Kenanga Weltz tahu sesuatu."
"Oke, saya akan bertanya." Affandra tahu apa yang informasinya ingin ia lakukan.
"Pembicaraan kita selesai, Pak?"
"Tetap awasi Hemmy. Kabari saya jika ada kejanggalan tindakan yang dia lakukan."
"Siap, Pak Affandra."
"Terima kasih, Drawen."
Perkataan Affandra pun menjadi penutup obrolan di antara mereka berdua.
Drawen segera keluar dari ruangannya.
Affandra pun bergegas mengambil ponsel dan akan menghubungi sang adik sepupu.
Panggilan videonya tersambung ke nomor Kenanga. Tinggal menunggu diangkat.
Dan tak hanya dinanti beberapa detik saja.
"Hallo, Kak Affa."
"Kamu lagi di mana?" tanya Affandra ketika sadar sang adik sepupu tak di Indonesia.
Latar belakang pantai sangat jelas tunjukkan pula jika Kenanga sedang tidak bekerja.
"Aku? Di Yunani, Kak Affa. Aku lagi liburan."
"Saya ingin bertanya beberapa hal."
"Ayo, tanya aja, Kak. Aku bakal jawab."
"Apa kamu dokter kandungan Gauri?" tanya Affandra dengan nada menyelidik.
"Eh? Kak Affa udah tahu Gauri hamil?"
"Jawab dulu." Affandra enggan basa-basi.
"Iya, aku dokter kandungan, Gauri. Aku juga yang pertama sadar Gauri hamil. Dia saja nggak tahu kalau lagi hamil waktu itu."
Dada Affandra berdegup kencang. Padahal, ia belum mengonfirmasi bukti pamungkas.
Mendengar fakta ini saja sudah mengejutkan.
"Kapan Gauri kasih tahu kehamilannya ke Kak Affa? Kenapa dia belum ada cerita?"
"Gauri mengandung anak siapa?" Affandra pun balik bertanya karena enggan untuk membalas pertanyaan adik sepupunya.
Full versi part ini ada di karyakarsa. Link di bio.
Bisa dibeli juga dalam bentuk pdf, pemesanan via WA 081717254225. Only 40k untuk full versi cerita (50 bab) + 10 ekstra part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Untuk Mantan Suami
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan suami. Tak akan mudah melewati kehamilan hanya seorang diri, namun ia sudah bertekad untuk melahirka...