............
"Saya bilang saya akan libur."
"Saya tidak ingin diganggu hari ini." Affandra mempertegas kembali perintahnya.
"Tolong bantu urus pekerjaan selama saya libur. Saya percaya kemampuanmu."
"Rapat yang sudah terjadwal, tetap lakukan. Saya minta Anda mewakili saya di sana."
"Anda sudah lama bekerja dengan saya. Dan Anda pasti tahu bagaimana cara saya bekerja untuk membuat keputusan yang tepat."
"Saya percaya Anda, Pak Morgan."
Affandra sedang berbicara dengan asisten pribadinya, Morgan Brawijaya. Meminta serius untuk mengambil alih semua pekerjaannya.
Bukan ingin lepas tanggung jawab karena ia sudah tahu tugas menjadi pemimpin utama perusahaan, sangat menumpuk setiap hari.
Namun, untuk dua puluh empat jam kedepan, ingin rasanya terbebas dari pekerjaan dan fokus menikmati waktu bersama wanitanya.
"Terima kasih untuk bantuan Anda, Pak Morgan." Affandra sarat nada hormat.
Lalu, telepon diakhiri karena sudah tak ada urusan yang perlu mereka bahas lagi.
Affandra bergegas kembali ke kamar Gauri. Naik ke ranjang dan berbaring tepat di sisi wanita itu. Mendekap Gauri dengan erat.
Salah satu tangan bergerak lantas ke perut wanita. Ditempelkan di atasnya untuk lebih dekat sang buah hati. Dilakukannya juga usapan-usapan pelan secara naluriah.
Sejak kemarin, sudah beberapa kali, namun tak timbul rasa bosan. Malah terus ingin ia ulang karena seperti ada tarikan magnet.
Setiap kali mengingat fakta dirinya akan lekas menjadi seorang ayah, tercipta di dalam hati perkecamukan rasa yang tak biasa.
Dan paling mendominasi tentu kebahagiaan.
"Pak Affa?"
Kedua sudut bibir Affandra langsung saja naik guna membentuk senyum simpul. Sambutan untuk Gauri yang baru saja bangun.
Dikecup pula kening wanita itu.
"Bapak, sekarang jam berapa? Bapak kenapa masih di sini? Kita harus ke kantor."
"Saya izin."
"Kamu juga tidak perlu ke kantor, Gauri."
"Bapak serius? Tapi jadwal Bapak padat."
"Saya sudah sehat, Pak Affa. Saya mau ke kantor. Pekerjaan saya pasti men–"
Affandra tak mau mendengar bantahan atas perintahnya. Ia membuat Gauri berhenti bicara dengan ditaruh jari di mulut wanita itu.
"Kamu di sini saja bersama saya."
Affandra benar-benar ingin rehat satu hari dari pekerjaannya. Dan ia akan bisa tenang tanpa memikirkan tugas karena sudah ada Morgan Brawijaya yang menangani dengan baik.
Sekarang, sampai besok pagi, ia hanya perlu fokus pada Gauri. Akan dicurahkan semua perhatian kepada sang mantan istri.
Ingin ditebus kesalahannya, satu per satu. Ia harus bisa membahagiakan Gauri. Wanita itu pantas untuk diratukan di hidupnya.
Semalaman masih kurang untuknya bisa bersama Gauri dan calon buah hati mereka.
Apalagi, sang mantan istri dalam kondisi kurang sehat. Ia harus tetap berada di samping wanita itu hingga pulih benar.
Affandra merasa bertanggung penuh pada Gauri. Jika bisa menjaga dengan maksimal, maka akan dilakukan. Wanita itu prioritasnya.
Rencana rujuk dengan Gauri juga akan lekas direalisasikan. Hendak dihubungi sang kakek nanti malam untuk membicarakan ini.
Jika bisa, dalam satu bulan kedepan, Gauri bisa kembali menyandang status sebagai istri resminya lagi. Dengan begitu akan bisa diberi perlindungan sah untuk wanita itu.
Masalah dengan Hemmy pun akan menjadi agenda yang penting guna diselesaikan. Ia harus tahu apa motif adik tirinya itu.
Hemmy bukanlah orang yang berbuat tanpa alasan kuat. Adakah ikut campur tangan sang ibu, tentu perlu diselidiki juga.
Selama ini, Hemmy sangat patuh pada apa pun perintah orangtuanya. Sang ibu pun lebih menyayangi Hemmy dibanding dirinya.
"Bapak kenapa nggak ke kantor?"
Affandra kembali meraih fokus ke dunia yang seharusnya, tepatnya ke sosok Gauri.
Mereka berdua masih berbaring dan tentu juga memeluk satu sama lain.
"Saya mau menjaga kamu."
"Dan anak saya." Affandra menambahkan.
Full versi part ini ada di karyakarsa. Link di bio.
Bisa dibeli juga dalam bentuk pdf, pemesanan via WA 081717254225. Only 40k untuk full versi cerita (50 bab) + 10 ekstra part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Untuk Mantan Suami
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan suami. Tak akan mudah melewati kehamilan hanya seorang diri, namun ia sudah bertekad untuk melahirka...