Selama lima hari sisa waktu di Bali, Gauri memanfaatkan dengan mengajak Affandra mengunjungi beberapa tempat wisata.Beribadah bersama Affandra serta pergi ke kampung halaman orangtua mereka.
Sang suami tak pernah menolak. Mereka malah merasa semakin dekat satu sama lain lewat koneksi spiritual yang sudah mengikat.
Affandra selalu ada dalam doanya. Dengan segenap harapan baik di masa depan untuk bisa mereka lakukan bersama-sama.
Gauri juga amat yakin jika Affandra selalu berdoa untuk takdir terbaik mereka. Pria itu takut Tuhan, akan mengandalkan kekuatan besar-Nya dalam mengarungi kisah mereka.
Bulan madu singkat ini, ingin dibuat banyak momen manis dengan Affandra. Diabadikan lewat ratusan foto dan juga video-video.
Setidaknya nanti saat rindu dengan sang suami di Singapura maka akan dibuka file-file tersebut. Sudah disimpan semua di ponsel.
"Dilarang memfoto, saat saya belum mandi."
Gauri tertawa langsung. Namun, belum ingin berhenti mengambil potret sang suami.
Saat Affandra sedang bekerja keras dalam merangkai tempat tidur bayi, sangat tampak menarik. Apalagi dengan cukup berpeluh.
Bahkan diambil beberapa video, ketika pria itu tunjukkan raut bingung merangkai satu demi satu bagian ranjang bayi jumbo tersebut.
"Selesai."
"Sudah selesai, Pak Affa?" Gauri tak percaya karena rasanya tadi Affandra masih berkutat.
"Sudah selesai."
Gauri mendekat cepat ke arah sang suami. Ia ingin melihat sendiri hasil dari ranjang bayi yang disusun pria itu sejak empat jam lalu.
Tak hanya dengan mata menyaksikan, tapi juga tangan memeriksa kerangka boks. Tentu untuk memastikan jika tidak akan ambruk.
Sebenarnya tak boleh diragukan kemampuan Affandra. Pria itu pintar. Pekerjaan memasang boks bayi pasti bukan sesuatu yang sulit.
Masih tak habis pikir juga, mengapa Affandra tak meminta bantuan beberapa ajudan untuk membantu. Padahal mereka selalu siaga.
Sang suami malah menyelesaikan sendiri.
"Mau mencoba?"
Gauri memandang kembali Affandra. Sebab, ia ingin tahu apa arti pertanyaan pria itu.
Namun belum sempat ditanyakannya, sang suami sudah bergerak ke ranjang. Mengambil posisi berbaring di atas kasurnya.
Sempat dicemaskan jika ranjang berukuran besar untuk calon buah hati mereka akan ambruk, untung saja tidak terjadi apa-apa.
Artinya muat untuk bobot tubuh sang suami yang lebih besar dibandingkan dirinya.
"Mau bergabung?"
"Nanti kita jatuh, Pak Affa."
"Tidak akan."
Gauri menerima ulurkan tangan suaminya. Ia ikut berbaring tepat di samping pria itu.
Masih ada sedikit rasa waswas. Tapi sejauh ini, tempat tidur calon bayi mereka belum menujukkan keanehan seperti dugaannya.
Sang suami menghadap ke arahnya dengan kepala disangga oleh lengan kokoh pria itu.
Mereka lantas bersitatap intens.
Dirasakan tangan Affandra ke perutnya dan melakukan usapan-usapan lembut. Lantas, mengecup-ngecup yang membuat geli.
Sejak pagi, sudah belasan kali dilakukan oleh sang suami. Bahkan, mengajak calon buah hatinya berkomunikasi dengan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Untuk Mantan Suami
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan suami. Tak akan mudah melewati kehamilan hanya seorang diri, namun ia sudah bertekad untuk melahirka...