"Lo begitu yakin Gauri hamil anak lo?"
"Yakin." Affandra menjawab tanpa ragu atas pertanyaan diajukan Sadha Putra Panca.
Tak ingin langsung tersinggung karena tahu sifat sepupunya tidak suka menyindir.
Untuk urusan pribadi, mereka pun tak gemar saling ikut campur. Bertemu juga jarang.
Terakhir enam bulan lalu di Amerika.
Baru hari ini berjumpa karena sama-sama mengikuti rakernas partai. Rasanya tak lama karena jam makan siang akan berakhir.
Jika saja Sadha tidak bergabung ke mejanya, mereka juga pasti tak akan saling bicara.
Bukan karena hubungan persaudaraan yang dimiliki merenggang, hanya saja tidak suka bicara jika tak ada hal penting didiskusikan.
Dulu, saat masih remaja hingga masuk usia dua puluhan, cukup sering nongkrong atau minum bersama karena mereka dekat.
Setelah naik ke umur tiga puluh satu, ia dan Sadha sepakat menerapkan hidup yang sehat tanpa alkohol atau sejenisnya yang merusak.
Lalu, memfokuskan diri berbisnis.
Memimpin perusahaan milik keluarga mereka masing-masing agar tambah berkembang.
Saking terlalu mengabdi, ia dan Sadha pun semakin kehilangan waktu luang untuk saling bertukar kabar secara langsung.
Namun, komunikasi tetap baik.
Affandra tadi sempat menceritakan singkat jika ia sudah rujuk kembali dengan Gauri.
Sadha tahu perceraiannnya. Dan mesti diberi informasi pula tentang pernikahannya lagi.
Sampai akhirnya Sadha mencetuskan kalimat tanya demikian, setelah berbagi kebahagiaan akan segera menjadi seorang ayah.
"Lo lebih gentle dari gue, Affa."
"Lo ada masalah apa?" Affandra tak mau lagi berbasa-basi. Ditembak dengan pertanyaan balik guna tahu apa dialami oleh Sadha.
Pasti ada masalah yang mengganggu pikiran sepupunya itu. Hanya saja, Sadha belum mau mengungkapkan gamblang. Harus dirinya yang mengonfirmasi lebih dulu.
"Gue hampir membunuh calon bayi gue."
"Bunuh bayi lo?" Affandra belum cukup bisa memahami maksud jawaban Sadha.
"Istri gue hamil. Dan gue nuduh dia punya anak sama mantan pacarnya."
"Kemarin kita cekcok. Dia pendarahan dan hampir kehilangan calon anak gue."
"Nyawa Tarima juga."
"Gue yang salah karena selalu menuduh dia tidur dengan mantannya. Gue belum bisa mengakui dia hamil anak gue."
"Lo bisa seberengsek itu?" Affandra tak segan memerlihatkan ketidaksukaan akan tindakan Sadha yang membahayakan orang lain.
Terlebih jabang bayi tak bersalah.
Affandra juga memiliki istri yang mengandung, jadi jika menimpa wanita lain, ia seperti tidak bisa untuk tak memberikan tanggapan sinis.
Apalagi, pelakunya sang sepupu.
"Gue trauma diselingkuhi Sadewi dulu. Gue pikir Tarima sama seperti mantan istri gue."
"Masalah kalian selesaikan berdua, jangan sampai calon anak lo jadi korban, Sad."
"Waktu tahu Gauri hamil dan diakui sebagai anak Hemmy, gue murka. Gue benci dia. Tapi setelah tahu faktanya, gue menyesal."
Full versi part ini ada di karyakarsa. Link di bio.
Bisa dibeli juga dalam bentuk pdf, pemesanan via WA 081717254225. Only 40k untuk full versi cerita (50 bab) + 10 ekstra part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Untuk Mantan Suami
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan suami. Tak akan mudah melewati kehamilan hanya seorang diri, namun ia sudah bertekad untuk melahirka...