Part 17

28.2K 1.1K 56
                                    


Gauri punya lumayan banyak waktu luang di hari Minggu. Bisa bersantai dari siang.

Bisa melakukan beberapa kegiatan yang ia sukai, seperti membaca novel dan menonton setidaknya dua film romantis di situs online.

Cukup membantu dalam membuat suasana hati dan mood membaik, disamping dapat tidur lebih dari delapan jam.

Sebenarnya, suasana hati sudah membaik sejak sang mantan suami mengajaknya untuk rujuk kembali. Tak ada kegundahan setiap malam yang mengganggu tidurnya.

Namun, tetap ada ketakutan di hatinya jika memutuskan kembali dengan Affandra. Namun, hidup tanpa pria itu rasanya hampa, disaat kian mencintai sang mantan suami.

Affandra menjanjikan hati untuknya. Dan telah dinanti selama hampir satu setengah tahun, sejak mereka berdua menjalin kedekatan.

Tentang karier politik Affandra, ia yakin akan ada solusi lain bisa diambil agar pria itu tetap bisa mencalonkan diri untuk anggota dewan.

Setidaknya, akan ikut dicari ide. Tugasnya adalah menemani dan mendukung pria itu.

Termasuk mencapai impian tertinggi yang Affandra ingin raih. Dirinya ingin ikut dalam mewujudkan, bentuk pengabdian cintanya.

Drrttt ….

Drrttt ….

Drrttt ….

"Pak Affa menelepon malam-malam?"

Tak salah dilihat nama yang terpampang pada layar ponsel. Benar–benar mantan suaminya.

Langsung saja diangkat telepon.

"Selamat malam, Pak Affa. Kenapa Ba–"

"Saya di rumahmu."

Gauri ingin menanyakan kembali mengapa sang mantan suami di rumahnya, tapi telepon sudah diakhiri Affandra di seberang sana.

Gauri lekas bergegas keluar kamar guna berjalan ke arah pintu utama rumah.

Senyum pun mengembang karena merasa senang akan kunjungan Affandra.

"Selamat malam, Pak Affa."

Kedua bibir yang terangkat naik, seketika jadi kembali semula karena melihat sang mantan suami memasang ekspresi begitu tajam.

Affandra sedang marah?

Pria itu tak membalas sapaannya.

Pria itu lantas menariknya masuk ke dalam. Langkah sang mantan suami cukup cepat, ia cukup kewalahan untuk mengikuti.

Mereka pun tiba di ruang tamunya.

"Buka baju kamu."

Gauri tak hanya bergidik karena suruhan dari Affandra dengan nada dingin dan datar, tapi juga karena perintah diberikan pria itu.

Gauri tidak langsung melakukan. Perutnya yang mulai buncit pasti akan dilihat Affandra.

"Buka baju kamu."

"Kenapa harus saya buka, Pak Affa?" Gauri ingin menanyakan alasan. Tak mau gegabah dan memenuhi keinginan sang mantan suami.

Terlalu ganjil untuk dilakukan.

"Buka sekarang. Atau saya yang akan buka sendiri baju yang kamu pakai."

Gauri terkejut akan nada memerintah sang mantan suami dengan intonasi meninggi.

Tak punya pilihan selain menuruti.

Kaus hanya ditarik sampai bagiand ada. Tidak ingin ditanggalkan seperti mau Affandra.

"Kamu hamil."

Gauri langsung membeliak. Tak menyangka reaksi sang mantan suami cepat dalam menyadari perutnya yang membesar.

"Bapak sudah tahu tentang kehamilan sa–"

"Kamu menipu saya, Gauri!"

Tentu, kekagetan menyerang karena pekikan kencang Affandra yang sarat amarah.

Situasi belum mampu untuk dipahami. Ingin bertanya pada sang mantan suami karena sikap pria itu begitu janggal malam ini.

Apalagi, kemarahan Affandra sama sekali tak pernah disaksikan sebelumnya seperti ini.

"Pak Affa, Apa yang terjadi? Saya ngga–"

Gauri menganga melihat sang mantan suami yang terjatuh ke lantai, saat menjauhi dirinya dengan langkah amat terburu-buru.

Dirinya spontan ingin menolong dengan lekas berjalan ke arah dimana pria itu berada.

"Berhenti mendekat!"

Full versi part ini ada di karyakarsa. Link di bio.

Bisa dibeli juga dalam bentuk pdf, pemesanan via WA 081717254225. Only 40k untuk full versi cerita (50 bab) + 10 ekstra part.

Pewaris Untuk Mantan SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang