08.

1.1K 64 8
                                    

Apa kabar? aku lagi semangat2 nya nulis nih, apalagi kalo kalian sambil voted dan komen. Duh makin semangat, bisa2 update setiap hari wkwkwk.

Chapter ini masih perkenalan tapi udah ada yang di spill tipis2, jadi bacanya menyeluruh ya.

Happy read
.
.
.



Langit sudah mulai temaram, namun Raline masih terlihat sendirian berdiri di samping gerbang sekolah. Hingga es krim yang ia genggam pun sudah hampir habis, tapi wali yang menjemputnya tak kunjung tiba. Sephia mangkir berbelok arah, mendekati Raline yang cemberut dan terdengar menggerutu berkali-kali.

"Raline, kamu belum pulang? Kakak kamu tumben belum jemput?"

"Hari ini dijemput supir, Miss. Kakak Musa sedang ada perjalanan bisnis," jawab Raline menyeruput lelehan terakhir es krim itu.

"Perjalanan bisnis?"

"Kakak Musa sangat sibuk, dia sering ke luar negeri."

"Yasudah kalau begitu Miss temani kamu menunggu sampai supir kamu tiba ya." Mereka menepi untuk duduk di pagar beton sekolah itu yang rendah.

"Asyik!"

"Oh ya, Miss. Kata Kak Liam, Miss akan menjadi Kakak aku? apakah benar kalian akan menikah?"tanya Raline antusias.

"Memangnya Kak Liam bilang apa?"

"Kak Liam bilang, dia akan menikahi Miss. Dia sangat bahagia saat menceritakannya," seru Raline saat memperagakan kebahagiaannya.

"Raline doakan saja ya," tutur Sephia mengusap kedua pipi Raline.

Sampai tibalah supir yang akan menjemput Raline, dengan sumringah Raline loncat dari posisi duduknya menuju mobil untuk pulang.

"Bye, Miss!"

"Hati-hati, Sayang!"

*****

Berlanjut dengan mengendarai motor listriknya, sebuah langit senja yang memerah itu membuat distraksi. Hingga sebuah pesan Liam tadi siang mengingatkannya untuk menyuruhnya mampir terlebih dahulu ke sebuah perpustakaan umum, gegas Sephia mendorong pintu perpustakaan itu dengan nuansa hening di dalamnya.

Pandangannya yang semula menyapu keberadaan Liam, lalu terhenti ketika sosok pria berkulit kuning Langsat itu mengibarkan sebuah buku dongeng di udara. Sephia segera mempercepat langkahnya dan duduk di sebelah Liam, pria itu sudah hafal bahwa kekasihnya sangat tergila-gila dengan buku dongeng dan sejarah. Itu sebabnya sebuah penemuan buku dongeng selalu menjadi sogokan untuk Sephia agar dia mau menemaninya mengerjakan tugas di perpustakaan.

"Aku tahu kesukaan mu," bisik Liam kala melihat Sephia langsung membacanya.

"Kamu mengerjakan apa?" tanya Sephia berbasa-basi.

"Fokus saja pada buku mu," ujar Liam menyentuh hidung Sephia gemas.

Selang beberapa jam kemudian, suara ketikan laptop itu sudah tak terdengar lagi. Liam meregangkan jari-jarinya dan menutup laptop sebab telah selesai mengerjakan tugas kuliahnya, dan terlihat Sephia sudah terlena pada kantuk. Buku dongeng tadi mendadak alih profesi menjadi sebuah bantal penghantar tidur, alis yang tampak menurun pertanda lelah itu membuat Liam tidak ingin membangunkannya.

Detik itu, Liam bisa menatap wajah kekasihnya lebih lekat dari biasanya. Ia tak pernah tahu bahwa Sephia ternyata memiliki tahi lalat manis di belakang telinganya saat ia berniat menyelipkan anak rambut itu yang menutupi wajahnya. Hingga sebuah ide jahil keluar dari otaknya.

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang