03

1.4K 100 6
                                    

Adakalanya memang seseorang akan merasa menyesal pada apa yang ia lakukan di masa lalu, selama ini rasa itu selalu hadir dalam benak Sephia. Namun ketika dia bertemu kembali dengan Musa secara nyata dan menatapnya lekat kemarin, ia sadar bahwa dirinya bukan hanya menyesal. Tapi sangat menyesal. Terlebih ketika ia mengetahui pria yang ia pacari ternyata adik kandung Musa, membuat ia sangat tidak nyaman sebab takut akan adanya perpecahan, walaupun sebenarnya Musa terlihat biasa saja dan melanjutkan hidupnya dengan baik. Terbukti ketika ia sudah beristri selama beberapa tahun ke belakang, mungkin hanya dirinya saja yang belum move on.

"Miss! dia mengambil barangku!" rengek seorang anak sebab Jepit rambutnya ditarik paksa oleh Raline yang kini sedang menggenggamnya erat di sudut ruangan tanpa rasa bersalah.

Gegas, Sephia memeluk anak itu untuk menenangkan tangisnya. Serta beranjak mendekati Raline yang masih berusaha menyembunyikan jepit rambut itu ke dalam saku sesgamnya.

"Raline.." Sephia mengusapnya sambil berjongkok menyetarakan posisi duduk Raline.

"Kamu suka?" tanyanya kemudian.

Raline menatapnya lara, seakan ia memohon agar diizinkan memiliknya.

"Miss juga punya yang lebih bagus dari itu, kamu mau?"

"Aku mau yang ini!"

"Yasudah kalau begitu, kamu bisa memilikinya." Sephia kembali pada anak bernama Eveline itu lagi untuk  membicarakan sesuatu.

Sepulangnya sekolah, Sephia berniat akan memberitahu kejadian tadi pada Orang tua Raline ketika menjemputnya. Namun tatapan seorang pria sudah lebih dulu menyertainya saat ia keluar kelas, Musa dengan setelan kaos polos dan celana bawahan itu menatapnya sedari jauh. Hari itu Musa bertugas kembali untuk menjemput Raline.

Sephia menggigit bibir bawahnya, hatinya terasa gamang. Apakah Musa akan menginterogasinya? atau memarahinya?

"Kak Musa yang jemput?" tanya Raline.

Musa mengangguk, "ayo pulang."

"Tunggu!" Pekik Sephia memotong perjalanan mereka, kemudian keduanya berbalik bersamaan.

"Aku perlu bicara sebentar," ucap Sephia ragu.

"Raline, masuk mobil duluan ya." Lembut sekali perlakuan Musa pada anak itu.

Setelah kepergiannya, Musa memusatkan kembali pandangan pada Sephia, "Ada apa?"

"Jadi begini.. tadi di kelas, Raline mengambil jepit rambut milik temannya. Aku belum sempat mengambilnya karena aku lihat Raline sangat menyukai itu."

"Kenapa gak dipaksa?"

"Membujuk anak kecil tidak boleh dengan paksaan, jadi aku putuskan minta bantuan kamu. Karena anak seusianya jika memiliki suatu barang pasti akan cepat bosan dan meletakan di sembarang tempat_"

"Aku akan mengambilnya, sudah dulu ya. Aku sibuk," potong Musa sambil melirik arlojinya dengan resah.

"Oh oke, terimakasih."

Bahkan ketika Sephia belum menyelesaikan kalimat terimakasihnya, Musa sudah beranjak menuju mobil tanpa menjawab apapun.

Dia hilang ingatan? kepalanya terbentur atau semacamnya?

Tatapannya begitu dingin, seolah mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya.

Di sisi lain dalam mobil, Ketika Musa sedang fokus berkendara. Tiba-tiba pandangannya teralihkan pada jepit rambut asing yang adiknya genggam sedari tadi, Raline tampak masih takut semua orang akan mengambil itu dari tangannya.

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang