46. Menuju ending

617 36 3
                                    

Sebelumnya terimakasih untuk kesetiaan kalian yang sudah mau mendukung ku hingga disini. Aku harap kalian selalu mendukung ku di setiap cerita2 ku selanjutnya, dan ya! Ini adalah Chapter sebelum Chapter terakhir. Jadi kemungkinan Chapter selanjutnya adalah chapter terakhir ya! Gak sabar liat reaksi kalian sama endingnya.

Kalo kalian baca cerita2 ku, pasti kalian pada tahu kalo ending cerita ku pada plot twist semua wkwk. Pokoknya big thanks for all, and i love you

Happy read
.
.
.

Musa menyibakkan selimutnya yang hangat, berguling sedikit untuk menggapai ponsel yang berdering di nakas kayu itu. Terpampang nama Harper. Ia bangkit dengan tegang, "halo."

"Halo, Bos. Baru saja ada aktivitas transaksi yang dilakukan oleh Nona."

"Apa?"

"Apakah kalian akan berlibur, Bos?"

"Maksud mu?"

"Nona baru saja membeli tiga tiket pesawat ke Mataram, Saya pikir kalian akan berlibur."

"Jadi mereka akan kabur ke Lombok? Tua bangka itu lagi-lagi akan memisahkan aku dan Sephia," gumam Musa geram, dengan kilatan mata menajam dan iris mata yang melebar.

"Bos bilang apa?"

Musa melonggarkan genggamannya pada ponsel itu, "tidak ada, informasi mu sangat berguna. Terimakasih, aku tutup."

"Sarapannya, Bos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sarapannya, Bos." Jere sudah tiba mengantar sarapan untuk Musa, yang ditatanya dengan rapi di meja makan.

"Gue harus pergi menemui Sephia."

"Tapi, Bos. Hari ini ada jadwa_"

"Sephia memutuskan gue kemarin, lo pikir gue bisa mengatasinya? Lo pikir semudah itu seorang gadis melepeh dan membuang gue?"

Jere hampir tersedak makanannya sendiri, "bukankah dua hari kemarin kalian baik-baik saja dan Ayahnya pun mulai terbeli hatinya oleh Bos berkat Apolo?"

Pria itu memakai kaos yang ia lihat asal, kaos berkerah dengan semua kancing atas yang dibiarkan terbuka menampakan tulang selangka yang seksi dan garis dada bidangnya.

"Itulah tidak tahu dirinya manusia, semakin kita memohon, maka akan semakin diinjak. Selama ini aku sudah terlalu sabar menghadapi Martin."

"Jadi lo akan ikut tidak?" Bentak Musa sambil melilitkan ikat pinggangnya dan melihat Jere masih belum ada pergerakan.

"Cinta memang merepotkan," gumam Jere bermonolog seraya ikut bergegas mengekori Bosnya yang sudah keluar apartemen.

*******

Pagi ini tak ada bedanya bagi Sephia, ia terduduk merenung dengan tangan yang bergerak kosong menyisiri rambutnya secara vertikal. Matanya abai menangkap pantulan dirinya sendiri di cermin seolah itu bukan dirinya, bagaimana mungkin ada manusia yang merasa kasihan pada dirinya sendiri. Ribuan kali ia bergumam di dalam hati, seolah berteriak andai saja dirinya seorang anak yatim piatu. Yang hidup penuh kebebasan tanpa batasan, tidak ada larangan dan peraturan. Sebab batasan itu sering kali membuat seseorang bagai katak dalam tempurung, terisolasi jauh dan tak tahu apa-apa, dan itu semua lebih sering terjadi pada perempuan.

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang