23.

629 41 2
                                    

"Aku ingin menatap kamu sepanjang malam....."

"Bolehkah aku menginap?"

Sephia melebarkan matanya, bersamaan dengan khayalan dalam otaknya yang mengartikan kalimat itu.

"Aku tidak akan melakukan apapun, hanya tidur."

Sephia masih geming merangkai kata untuk menjawab permintaan Musa dengan suara angin malam yang menyahutinya dari luar, memberikan sensasi dingin dalam pembicaraan itu.

"Aku takut mulai besok, aku akan sangat sibuk dan tidak sempat bertemu dengan kamu atau hanya memberi kabar," lanjut Musa.

"Aku tidur di bawah pun gak apa-apa," pungkasnya.

Akhirnya Sephia bergerak melambat menuju jendela untuk menutupnya, "yasudah, aku akan siapkan tempat tidurnya."

Binar mata Musa terpancar mengalahkan rembulan, sebab lelahnya hari ini akan terbayar tuntas.

"Kalau begitu aku boleh memakai toilet?" Tanya Musa sebelum memasukinya.

Sephia mengangguk sambil mengambil bedcover satunya dari dalam lemari.

Suara gemercik air keran dari dalam toilet itu perlahan hening dan dilanjut dengan Musa yang mulai terlihat keluar, kemudian gestur wajah yang sulit diartikan kembali terlihat.

"Katanya kamu mau menyiapkan tempat tidur?" Tanya Musa melihat ke sekeliling yang kosong, tak ada tanda-tanda tempat untuk dirinya tidur. Sambil menatap Sephia yang sedang menarik selimut.

"Iya, ini sudah aku siapkan," jawab Sephia menepuk lembut kasur itu, dan melihat kearah sampingnya yang masih kosong.

"Kamu yakin?" Musa menyunggingkan senyumnya saat mengerti dengan kode itu, ia pikir Sephia akan menyiapkan tempat tidur untuknya di lantai.

"Hanya tidur kan?"

Musa mengangguk sumringah, gegas ia menanggalkan tiap kancing kemejanya.

"Kamu ngapain! Kenapa buka baju?" Protes Sephia ketika melihat setengah postur atas tubuh Musa.

"Aku belum ganti baju sejak pagi, soalnya aku langsung terbang ke Singapore dan langasung kesini. Aku gak mau kamu kebau-an."

"Oke, wait. Kayaknya ada baju ku yang cocok."

Gegas, Sephia menuju lemarinya dan mencari pakaian yang ia maksudkan. Sementara Musa masih terduduk di tempat tidur menatap kegiatan gadisnya, yang tak lama kemudian mendekatinya dan bersusah payah memakaikannya baju.

"Aku bisa pakai sendiri," ujar Musa yang merasa detak jantungnya bergemuruh hebat kala berhadapan dengan Sephia sedekat ini.

"Sebentar lagi selesai."

Tiba-tiba gadis itu tertawa sambil menutup mulutnya melihat kaos yang ia pakaikan pada Musa, sebuah kaos oversize hitam dengan gambar kartun karakter Lotso berwarna pink begitu besar.

"Babeee!!!" Bahu Musa menurun saat ia sadar kejahilan pacarnya itu.

"Kalo kamu lepas, aku marah!" Peringati Sephia yang langsung berbaring di sisi nya.

"Hari ini, citra ku hancur di depan kamu. Kamu melihat aku menangis dan memakai kaos konyol," gerutu Musa.

"Lotso nya aku, lucu banget sih." Sephia menggoda Musa dengan mengusap dagunya dan saling menautkan hidung mereka dengan mimik wajah yang gemas.

"Kamu ini memang penggoda yang handal," timpal Musa mencium hidung itu.

"Hati-hati, Sephia. Aku orang nya memang mudah tergoda, padahal sebelumnya aku berjanji untuk hanya tidur. Jangan membuat aku melakukan yang lebih."

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang