47. Happy Ending

1K 44 26
                                    

Salah satu pencapaian seorang penulis adalah mampu konsisten menulis hingga kata "End" dalam ceritanya.

Thank you semuanya yang udah support, udah ending nih komen yang banyak tanggapan kalian ya!!!

Happy read
.
.
.






"Apa ini semua, Bos?" Mulut Jere terbuka, mematung tatapnya tajam pada sebuah monitor besar yang menampakan beberapa cctv di beberapa titik jalan raya. 

Kamar kosong yang berada di apartemennya ia sulap sejak kemarin menjadi ruangan gelap, dengan penerangan hanya dari pantulan beberapa monitor disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar kosong yang berada di apartemennya ia sulap sejak kemarin menjadi ruangan gelap, dengan penerangan hanya dari pantulan beberapa monitor disana. Bibirnya terkatup dan terangkat, memperlihatkan garis senyum penuh damba sambil matanya bergerak cepat pada sisi monitor secara bergantian untuk memantau.

Kemarin, perkataan Liam menusuknya tepat. Pria itu benar, menangis memang bukanlah gayanya. Untuk kalah, setidaknya ia harus melakukan hal paling besar terlebih dahulu. Sehingga ketika nanti ia benar-benar kalah, maka ia tetap dijuluki seorang petarung, bukan pengecut.

"Bos, apa yang Bos lakukan?" Tanya lagi Jere masih keheranan dengan aktivitas Tuannya.

Musa bersenandung sambil mengetuk-ngetukan kukunya pada salah satu tombol di keyboard, "gue mempunyai rencana besar, Jere."

Musa melirik setengah pandang sambil masih tersenyum.

Jere mengerutkan dahi, ia paham pasti rencana yang dimaksud Bos nya adalah untuk Sephia, "lalu apa rencananya?"

"Gue telah menyewa pembunuh bayaran untuk melindas mobil yang dipakai mereka menuju bandara. Gue sudah siapkan truk dengan dua belas roda agar ketika sekali lindas saja, semuanya hancur."

Jere tak bisa untuk tidak terkejut, "Bos akan membunuh mereka?" 

"Gue sudah bernegosiasi tadi dengan Sephia, dan itu terakhir kalinya gue bersikap lembut."

"This is a fucking crazy, Bos! Bagaimana jika Bos ditangkap polisi menjadi pelaku utama percobaan pembunuhan?" Sahut Jere kewalahan meresapi rencana itu.

Musa berdehem seolah ia sudah mempersiapkan jawaban tersebut, "gue suntikan narkoba ke dalam pembunuh itu. Dia akan bersaksi bahwa dia pemakai yang sedang teler, semuanya sudah siap untuk alibi supaya itu semua pure kecelakaan."

"Pembunuh itu akan dipenjara?"

Musa mengangguk, "kebetulan dia adalah seorang Ayah penyayang anak, dia sedang kesusahan untuk membayar pengobatan anaknya yang sedang sekarat. Jadi gue menawarkan bantuan untuknya."

"No! Itu bukan bantuan, tapi perangkap. Bos telah menjebak seorang Ayah yang sedang putus asa!" 

Musa bangkit, mencengkram kerah kemeja Jere, "lalu apa? Apakah lo ingin menggantikannya untuk menabrak seluruh anggota keluarga itu?"

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang