45.

530 34 13
                                    

Kali ini agak panjang, voted dan komen yang banyak oyy

Happy read
.
.
.

Dalam ruangan pengap, dengan aroma tembok yang lembab dan besi berkarat. Musa, Harper dan Jere memutuskan untuk menemui Lucky kala Harper berhasil mendapatkan bukti-bukti yang ia dapat langsung dari kepolisian Indonesia mengenai tragedi kebakaran dan kematian Larosa. Tak lama Lucky tiba di dalam ruang besuk tahanan itu, ia duduk bersilang dengan wajah seolah tanpa dosa di hadapan ketiga mantan rekan kerja sekaligus sahabatnya.

"Lo senang melihat gue seperti ini?" Sungutnya sambil berdecih pada Musa.

"Ada kalian berdua rupanya? Masih menjadi anjing penjaganya?" Lanjutnya dengan pertanyaan pada Harper dan Jere.

"Lo! Keparat iblis! Siapa anjing penjaga yang lo maksud, hah!" Amuk Jere meluap merajut kebencian. 

"Ho ho, ya kalian berdua lah. Dia ini ngasih kalian apa sih sehingga kalian berdua bisa sepatuh ini?" Kali ini Lucky melipat tangannya di depan.

"Asal lo tahu! Bos tidak pernah memperlakukan kami, bahkan semua karyawannya dengan rendah. Seharam apapun kerjaan kami, tapi tidak ada salah satu dari kami yang lebih menjijikan daripada penghianat seperti lo!" Jere menekan kaca pemisah antara tahanan dan pembesuk itu.

"Jere_" Musa merentangkan sebelah tangannya untuk sedikit menenangkan Jere.

"Gue membawa hadiah buat lo, dan gue pastikan lo akan berlutut meminta maaf pada Bos!" Harper mulai mengeluarkan beberapa berkas dan memberikannya pada Musa.

"Sebelum itu, gue mau bertanya satu hal sama lo. Apa alasan lo membunuh Yovie?" Tanya Musa berusaha bersikap tenang.

Lucky terkekeh, "tidak ada alasan khusus, karena dia orang yang ada pada saat itu."

"Jadi lo membunuh manusia tanpa dosa!"

"Come on, Musa. Lo pasti sudah tahu motif gue, gue hanya ingin perusahaan lo bangkrut atas kelalaian keamanan pekerja. Tapi mendadak semuanya tidak sesuai rencana, kasusnya berubah menjadi pembunuhan. " Lucky menjawab dengan beberapa gestur merendahkan.

"Lalu lo beralih pada Sephia?" Tebak Musa menangkap konsep rencana Lucky.

Lucky bertepuk tangan sambil terbahak, "tapi sayangnya dia belum mati, padahal tadinya gue ingin melihat lo menangis darah melihat kematiannya."

"Lucky!"

"Bisakah kita menghajarnya, Bos? Tangan ini sudah gatal rasa-rasanya ingin merobek mulut itu hingga ke kepala," pekik Jere dengan tangan terkepal.

Musa menghela nafas kasar, matanya terpejam sesaat untuk mendinginkan pikirannya sambil memijit pelipisnya sedikit.

"Dengar,Lucky. Gue tidak peduli seburuk apa image gue di otak lo. Tapi gue kesini hanya ingin lo tahu kebenaran atas semuanya. Agar nanti pada saat lo bebas, tidak akan ada lagi orang yang celaka."

Musa menggeser beberapa lembar kertas itu pada Lucky, yang pertama adalah bukti dari pihak kepolisian dan beberapa saksi atas kejadian kebakaran rumah Lucky adalah sebab arus pendek listrik dan bukan karena ulah tangan manusia.

"Saat lo melaporkan kami ke polisi, pada saat itu kami sudah kabur ke Singapore. Gue tidak akan ada waktu untuk membakar rumah lo, gue hanya memikirkan diri gue sendiri agar lolos dari kejaran polisi." Musa mengaitkan dengan bukti-bukti itu.

"Sejahat-jahatnya lo pada Bos, dia tidak pernah sekali pun memerintahkan kita untuk membalas dendam pada lo!" Harper menunjuk tegas pada Lucky yang masih menelaah beberapa bukti itu.

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang