40.

483 35 1
                                    

Makin sepi aja, ada orang gak nih 😌

Komen dong sejauh ini menurut kalian endingnya akan seperti apa?
.
.
.

"Halo, Nak."

"Pah, aku butuh bantuan."

Saat sebelum Musa nekad sendirian untuk membenahi permasalahannya dengan Lucky dan membebaskan Sephia, ia meminta bantuan Arif untuk menghubugi semua teman aparat negara dan ambulan untuk berjaga dari jauh. Setidaknya tiga buah mobil polisi dan satu ambulans beserta pekerja medisnya sudah berkumpul di pelataran apartemen itu, mereka merencanakan strategi untuk mendapatkan bukti konkrit atas pembunuhan Yovie yang dilakukan oleh Lucky.

Sebenarnya bisa saja saat itu, Musa datang sendirian, berkelahi dengan Lucky dan membebaskan Sephia. Menurutnya, siapa pun akan langsung kalah jika terkena pukulan mematikan dari Musa. Tapi ia tidak lakukan, karena selain untuk membebaskan Sephia. Ia juga menginginkan keadilan untuk Yovie, ia ingin Lucky diadili atas perbuatannya. Sementara Musa sendiri harus mempunyai bukti kuat untuk menuntutnya, maka dari itu kejadian ini sangatlah tepat untuk bisa mendapatkan keduanya. Kebebasan Sephia dan keadilan Yovie.

"Kamu yakin akan berhasil, Nak?" Tanya Arif saat semua sedang berkerumun di unit apartemennya sambil merancang strategi.

"Bagaimana jika saya saja yang melakukannya?" Tawar Jere untuk menggantikan posisi Musa.

"Ini masalah gue, target sesunguhnya adalah gue. Gue takut terjadi sesuatu pada Sephia, kita harus cepat."

Musa dipakaikan sebuah alat perekam suara di jam tangannya, yang nantinya akan menjadi bukti terkuat jika Lucky berkata bahwa ia memang pembunuh Yovie. Dan Musa hanya harus memancingnya agar ia mengaku dan suaranya terekam alat itu.

"Bagaimana jika dia menghajar, Bos? Bagaimana jika dia punya senjata? Ini terlalu berbahaya." Jere selalu mengoceh atas kekhawatirannya.

"Memang sepatutnya dialah yang bertanggung jawab," sindir Martin dengan tatapan sinis dan mendelik.

Musa mengangguk, "aku pergi, Pah. Semuanya tetap stand bye, jika suara pengakuan pria itu terekam. Segeralah bergegas, dan untuk para perawat kalian harus gegas merawat Sephia. Dia pasti terluka."

"Kami mengikuti mu dari belakang," ujar Arif menepuk bahunya untuk meningkatkan kepercayaan diri Musa.

Jere sempat menahan tangan Musa sebab khawatir, namun Bos nya itu hanya tersenyum sambil mengangguk dengan pejaman mata singkat, "gue akan baik-baik saja."

Namun kejadian tak terduga sangat mengguncangnya kala ia mengetahui bahwa pembunuh itu adalah Lucky. Ia tidak mengetahui bahwa pria itu mendambakan kekesalan atas dirinya, sebab kematian gadis Spanyol yang loncat bunuh diri sebab ditolak cintanya. Dari situ Musa merasa emosinya lebur dengan rasa bersalah, hingga ia rela untuk dipukuli habis-habisan demi menuntaskan rasa dendam Lucky. Dan Ambulans yang semula ia siapkan untuk mengobati Sephia, malah menjadi pertolongan pertama untuknya agar tidak mati di tempat.

"It's okey, kamu boleh istirahat sebentar. Tapi janji harus bangun lagi." Gadis itu masih saja mendekap tubuh yang sedari tadi sudah geming dan mendingin.

Martin menjemputnya dan berusaha memisahkan tautan mereka berdua, namun Sephia tetap setia pada posisinya memeluk Musa dan tak ingin ia lepaskan. Hingga cairan darah kental itu ikut melebur pada busananya, dan terus saja menangis tersedu.

"Sephia, lepaskan dia." Martin menarik sebelah tangan gadis itu.

"Sephia, Musa harus segera ditangani dokter." Arif mengekori untuk membujuknya.

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang