12.

908 63 12
                                    

Extra dua chapter nih, jangan lupa komen yang banyak dan voted juga.
.
.
.

Mobil yang ditumpangi Musa tampak menepi di area mini market, siang itu Kamboja terasa lebih terik dari biasanya. Jere mengekori tuannya ke dalam mini market itu untuk membeli beberapa minum dan makanan untuk perbekalan selama di perjalanan menuju Poipet, Karena kali ini Musa lebih memilih menggunakan mobil.

Restorannya itu berada di sebuah daerah di Kamboja bernama Poipet, setelah melakukan penerbangan dari Indonesia menuju Phnom Penh. Musa harus menempuh kembali perjalanan sekitar enam jam untuk mencapai restorannya yang berada di perbatasan antara Kamboja-Thailand. Sebenarnya mereka bisa saja meneruskan perjalanan melalui udara, namun kali ini Musa sedang ingin berjalan-jalan lebih lama lagi.

Musa berjalan keluar mini market dengan satu buah botol air mineral di tangannya, ketika ia akan meneguknya. Tak sengaja ujung mata itu menangkap sebuah tanaman kering dalam pot, ia mendekatinya dan menyiram satu botol air mineral itu tanpa sisa.

"Kenapa?" tanyanya ketika anak buahnya melihat itu nampak takjub, namun bagi Jere itu sudah biasa.

"Nggak, Bos."

"Kayaknya gue terlalu kejam ya, sampai Lo kaget saat gue masih punya nurani pada tanaman."

"Saya hanya takjub, Bos. Jika saya wanita, sepertinya saya akan jatuh cinta pada Bos."

Gelak tawa memecah terik Kamboja,"boleh tinggalkan gue dan Jere sebentar? Lo boleh kembali duluan ke mobil."

"Siapp, Bos!!"

"Ada apa?" tanya Jere sepeninggal anak buahnya tadi.

"Awasi Yaris."

"Yaris? Yaris tunawisma yang dibawa Harper itu?" tanya Jere.

Musa hanya mengangguk.

"Kenapa? Bos gak percaya pada Harper?"

Kali ini ia menggeleng, "gue cuma nggak percaya sama sikap manusiawinya, mudah kasihan, mudah tertipu."

"Lo tahu kan dua hal yang gue benci?" tanyanya.

"Ditinggalkan dan dikhianati," jawab Jere lugas.

"Ya! gue gak mau kejadian Lucky terulang lagi."

"Ah..Lucky," gumam Jere teringat kejadian sosok bernama Lucky, salah satu orang kepercayaan Musa yang berkhianat dan bekerja sama dengan polisi untuk menutup bisnis restorannya di Indonesia. Sehingga mereka harus mulai lagi di Kamboja dan Musa harus menetap di Singapore.

"Gue akan awasi dia, Bos."

****

Keesokan harinya, Platinum room sudah dipenuhi dengan para pelanggannya hendak menunggu rapat sekaligus pengumuman tentang aplikasi yang baru saja Musa ciptakan.

"Baik selamat siang semuanya, terimakasih sudah menyempatkan hadir pada acara sederhana saya."

Setelah beberapa paragraf kalimat sambutan yang menjadi distraksi, dalam ruangan temaram minim pencahayaan. Musa mulai memperkenalkan dan  mempresentasikan teknologinya kali ini, begitu handal nya ia berbisnis melalui kata.

"Ini akan mempermudah bagi kalian yang berasal dari lintas negara, dan sistemnya pun seperti bermain game. Tapi jika kalian lebih senang bermain di meja, saya tidak dapat membual lagi."

"Jadi sistem bermainnya berbeda?" tanya salah satu pelanggan.

"Tentu, ini bukan seperti bermain kartu. Tapi menyelesaikan misi," jawab Musa.

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang