21.

661 50 3
                                    


Di hari berikutnya, sepanjang jalan menuju sekolah. Jere mengikuti laju motor Sephia dari belakang untuk memastikan keamanan, melaksanakan perintah hingga Musa kembali ke Singapore. Namun di tengah perjalanan Sephia menepikan motornya, merasa risih sebab mobil itu terus saja berada dalam jarak pandangnya.

"Kenapa kamu ikuti saya?" Tanya Sephia sebagai kalimat pembuka.

Merasa terpanggil, Jere keluar sambil membenarkan sedikit jasnya.

"Ini perintah Bos, Nona. Sampai Bos kembali, saya harus terus menemani Nona Sephia."

"Kenapa? Ada masalah?"

"Sebenarnya Bos ke Kamboja untuk menyelesaikan masalah dengan pegawai yang ketahuan menghianatinya. Sampai sekarang kami belum mengetahui dia bekerja untuk siapa, jadi Bos sangat khawatir kalo dia juga akan mengincar Nona."

"Karena selama ini Bos sangat sulit untuk dikalahkan karena ia tidak mempunyai kelemahan, tapi sekarang dia punya kelemahan, yaitu Nona."

Sephia geming mengartikan jawaban dari Jere, lalu kembali melanjutkan perjalanan dengan motor membiarkan pria itu menempelinya.

Selama di sekolah, Sephia bisa melihat bahwa Jere bekerja dengan baik. Mematuhi perintah Musa untuk terus memperhatikan dirinya dari jarak jauh, hingga ketika jam istirahat tiba, Sephia menghampiri Jere untuk memberikannya makan siang.

"Mata kamu terlihat kelaparan," gurau Sephia kala masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Jere.

Jere terkekeh, "seorang guru memang selalu mempunyai trik membaca bahasa tubuh."

Jere menerima sandwich pemberian Sephia, dan melahapnya dengan potongan besar.

"Seberapa genting masalah di Kamboja?" Tanya Sephia mengisi kekosongan.

"Bos akan segera menyelesaikannya dengan cepat, Nona tidak perlu khawatir."

"Kamu sudah bekerja dengan Musa berapa tahun?" Sephia penasaran apakah ia mengetahui kisahnya dengan Musa saat SMA.

"Sekitar 4-5 tahun," jawab Jere sedikit tidak jelas sebab di dalam mulutnya penuh dengan cacahan roti lapis.

Sephia mengangguk, berarti sepertinya ia tidak mengetahui kisah dirinya dan Musa.

"Bagaimana menurut kamu tentang Musa? Maksudku, kamu boleh berpendapat apa saja. Aku tidak akan mengadu."

Jere mengelap sedikit bekas makanan di sisi bibirnya, lalu kembali fokus pada pertanyaan Sephia.

"Saya memang tidak punya unek-unek jelek mengenai Bos, dia mungkin memang sedikit kasar dan galak. Tapi di sisi lain, dia sangat penyayang. Apalagi pada karyawannya, jika saya ceritakan, Nona mungkin akan jatuh cinta sekali lagi pada Bos." Jawaban itu membuat Sephia tersipu, wajahnya ranum seperti memakai perona.

"Bos membentuk saya menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting, melatih saya untuk seperti kuda dalam pertandingan."

"Sekuat itukah dia?" Gumam Sephia memelan sambil menatap kearah luar yang sepertinya akan turun hujan.

"Tapi saya bahagia, smenjak Bos bertemu dengan Nona. Dia lebih terlihat seperti manusia," lanjut Jere menyapu embun pada kaca sebab suhu yang mendadak dingin.

Sephia terkekeh, "memangnya selama ini dia terlihat seperti apa? Alien? Robot? Atau.... monster?"

Jere menggeleng, "avatar."

Kali ini gelak tawa gadis itu memecah suara gemercik hujan di luar sana, "yang biru dan gak pake baju itu?"

Sekali lagi Jere menggeleng, "bukan avatar yang itu, Nona. Tapi avatar si pengendali api, air, tanah dan udara."

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang