29.

537 38 8
                                    

Udah lama gak bikin scene bucin2nan, tapi nggak yang bikin enek ya wkwk. Aku akan memperlihatkan betapa tenangnya peecintaan orang dewasa dalam chapter ini. Sebelum kita menuju pada scene dark nya.

Happy read
.
.
.

Seharian ini Sephia dan Musa sibuk menyulam kenangan mega permanen, mengapit kata cinta dan bahagia agar menjadi satu arti yang sama. Musa mengajak gadisnya untuk berkeliling di pusat perbelanjaan Poipet, sekadar membeli cindramata khas disana, atau menikmati aneka jajanan asing. Wajah riang keduanya begitu memancar mengalahkan langit Kamboja yang saat itu tak kalah pekat, lalu setelah itu mereka kembali pulang ketika suara gemuruh pertanda hujan semakin sering terdengar. Sebelum mereka kehujanan di tengah perjalanan, sebab saat itu mereka berkeliling dengan menggunakan sepeda yang Musa sewa.

"Aku akan berjalan di belakang untuk berjaga," ujar Musa memerintah Sephia agar menjalankan sepedanya duluan.

Di tengah kayuhan sepeda menuju villa, Musa yang berada di belakang Sephia sangat intens mengamati pergerakan gadis itu. Bertitik tumpu pada satu subjek, tak membuat ia lengah pada kemungkinan terburuk apapun. Termasuk pada suatu kejadian mendadak saat mereka sedang mengendarai pelan di jalan turunan, tiba-tiba saja kayuhan sepeda Sephia tampak tidak stabil.

"Musaaa! Sepeda ku tidak bisa berhenti!" Teriak Sephia dengan kencang dengan isak yang menekan di dadanya.

Gegas, Musa mengayuh sepedanya lebih cepat agar bisa melewati sepeda Sephia. Menjegal sepeda itu agar menabrak pada dirinya, menyerahkan segala hal demi keselamatan Sephia.

Brukkk!

Suara hebat benturan kedua sepeda itu menjadi atensi khalayak untuk berkerumun, Sephia yang terbanting ke samping hanya memiliki luka gesek di kakinya. Sementara Musa yang merasakan nyeri teramat di bagian tengkuk tangan dan sedikit luka di kepala.

"Gimana keadaan kamu, hm?" Tanya Musa saat mereka sudah berada di rumah sakit.

"Harusnya aku yang bertanya, luka kamu lebih parah."

Musa menelisik sekilas pada tangannya, lalu menggeleng pelan, "ini bukan apa-apa."

"Bos! Bagaimana? Kalian tidak apa-apa?" Teriak Harper yang berlarian menuju ruang perawatan.

"Nona baik-baik saja?" Kali ini Jere yang bertanya.

Musa melepaskan sentuhan kedua anak buahnya dari tubuhnya, "tidak usah lebay."

Kemudian Musa memukul jidat keduanya secara bergantian, menciptakan suara ringisan dan mimik kaget dari Sephia.

"Siapa yang menyewakan sepeda itu!"

Harper menakupkan kedua tangannya, "saya menyewanya dengan keadaan baik, Bos. Saya cek keseluruhannya tidak ada masalah."

"Ini pasti disengaja, sudah saya bilang jika Bos akan berpergian agar dijaga oleh para gangster itu,"  terka Jere.

"Lo sedang mengomeli gue sekarang?" Sentak Musa sambil menegakkan telunjuknya pada Jere.

"Musa, sudahlah. Ini rumah sakit," keluh Sephia menarik kemeja Musa.

Alasan kuat mengapa Musa memilih untuk berpergian tanpa ditemani penjaga adalah dia mengutamakan kenyamanan Sephia, ia tahu bahwa gadisnya pasti tidak akan nyaman jika diikuti oleh gangster dengan pakaian lusuh dan berotot itu. Namun setelah kejadian ini ia seperti tertampar, bahwa seorang pembisnis gelap seperti dirinya pasti mempunyai banyak musuh. Dan benar apa yang dikatakan Jere, bahwa kejadian hari ini adalah rencana seseorang.

*****

Ketika Sephia sedang menyeduh teh untuk mereka berdua, tiba-tiba saja lampu di ruang tengah itu padam. Gegas Musa mengambil persediaan lampu yang berada di dapur tempat Sephia menyeduh teh.

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang