44.

472 37 10
                                    


Lamat-lamat pintu terbuka, lalu menampakan sebuah wajah maskulin dengan kemeja yang dibenamkan ke dalam celananya. Serta pantopel mengkilat, pun aroma musk dan woody yang menyebarkan aroma old money menusuk ruang penciuman Sephia. Satu tangan Musa bersandar pada pintu menutupi jalan, seolah Sephia tak boleh kemana-mana. Kemudian mendadak sekujur tubuh gadis itu bergidik dan terbenam saat satu tangan Musa merengkuh pinggangnya, sehingga membuat tubuh mereka bersentuhan, lalu membisikan, "i miss you."

Sephia tersentak hebat kala Musa seperti berusaha menciumnya, ia mendorong lembut tubuh pria itu, "ada Papa dan Mama di dalam."

Pria itu berdesis geli, "i know, babe."

"Siapa yang datang, Sephia!" Suara Martin mampu membuat Sephia semakin berdegup tak karuan.

Sebab Sephia tak kunjung menjawab, Martin bangkit dari ruang keluarga dan memeriksa sendiri.

"Ngapain kamu berada disini?" Ia mencengkram kerah Musa dan merobohkannya pada tembok.

"Pah!"

"Kamu mengundangnya, Sephia?" Gertak Martin pada anak gadisnya.

"Saya kemari atas kemauan saya sendiri," sanggah Musa sambil membenarkan kembali kemejanya.

"Aku tanya kamu mau apa kemari!" Sentak Martin mengulang tanyanya.

"Saya sedang ada acara peresmian restoran yang baru beroperasi, acaranya bisa dibilang meriah dan banyak sekali mengundang pebisnis hebat disana."

"Lalu masalahnya dengan ku apa!"

"Saya dengar Om sangat menyukai chef Apolo? Beliau berkenan hadir hari ini, jadi saya kesini untuk mengundang Om sekeluarga untuk ikut hadir dalam acara kami. Sekaligus untuk mempererat antar para pebisnis," jawab Musa begitu pasih.

Mata Martin melebar kala mendengar nama seseorang yang begitu ia kagumi disebut, "aku memang ingin sekali bertemu dengan Chef Apolo."

"Kalau begitu kita harus pergi, Mas." Nayla ikut sumringah mendengarnya.

Martin masih geming.

"Mas, kesampingkan rasa gengsi mu itu. Kapan lagi kita bisa bertemu chef ternama, itu bisa menjadi koneksi bagi kita!" Nayla menambahkan.

"Pah..kalian akan pergi kan?" Sephia bergumam pelan.

"Kami sibuk, kami harus pergi membuka kedai," putus Martin kukuh dengan rasa gengsinya.

"Pergi ke kedai? Bukankah pagi ini kalian menerima pesanan yang sangat banyak, sshingga menghabiskan persediaan bahan makanan kalian?" Sindir Musa mengangkat kedua alisnya.

"Dari mana kamu tahu semua itu?" Tanya Martin membalikan badan kembali.

"Saya yang memborongnya, agar hari ini kalian santai dan bisa menghadiri acara penting saya."

"Kamu memanipulasi kami?" Hardik Martin lagi.

"Saya hanya membantu mewujudkan impian Om, lagi pula saya sudah bersusah payah mengundang Chef Apolo dari Spanyol untuk datang hari ini, bisakah kali ini saja Om menghargai usaha saya?"

Martin melirik Sephia yang sedari tadi menatap penuh harap, beralih pada Nayla pun yang sama halnya, "baiklah, kami akan pergi. Kamu tolong kirimkan alamatnya."

"Tidak usah, saya sudah mempersiapkan mobil bagi kalian. Silahkan berganti baju, kami akan menunggu," ujar Musa sembari memperlihatkan mobil yang sudah terparkir disana.

"Baiklah, kami akan bersiap-siap. Tunggu sebentar," seru Nayla sangat bersemangat sambil menarik tangan suaminya agar gegas berganti pakaian ke kamar.

"Sephia, ajak dulu dia masuk."

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang