18.

771 64 9
                                    

Chapter dengan jumlah katanya terbanyak sih

happy read ya kamu
.
.
.

Sepanjang jalan, Sephia terus saja berisik dengan bualan dan nyanyiannya. Pun sesekali memainkan jarinya, lalu beralih pada benda apapun dalam mobil itu. Sejujurnya Musa sangat kaget melihat tingkah Sephia ketika mabuk, sebab sebelumnya ia belum pernah melihat itu. Ketika tiba di apartemennya, Musa segera mengambil air hangat beserta handuk untuk membasuh sisa-sisa make up di wajah blasteran itu. Berawal dari menyeka bagian mata, pipi, kemudian bibir. Ia tak pernah menyangkalnya bahwa bibir Sephia selalu membuat ia goyah, dengan warna ranum dan mungil membuatnya tampak menggiurkan, namun Musa tak suka jika bermain sendiri.

Lamat-lamat Sephia membuka matanya, iris mata yang sayu itu menangkap mata Musa yang sedari tadi juga menatapnya.

Ia tersenyum, "hai, pacar!!"

Entah mengapa Musa merasa sebal atas sapaan itu, wajahnya berubah kesal dan melepaskan tangan Sephia dari wajahnya.

"Sadar, Sephia! aku Musa! bukan Liam! aku bukan pacar kamu. Pacar kamu itu Liam!" pekik Musa dengan beberapa tekanan dalam beberapa kata nya.

Sephia menggeleng kasar, "Liam bukan pacar ku, kami putus beberapa hari lalu. Aku sedih.."

Tiba-tiba Sephia memperlihatkan gestur pilu seakan hendak menangis, "Liam putusin aku.."

"Liam putusin kamu?" tanya Musa menguatkan sentuhannya pada wajah Sephia, sehingga pipi dan bibirnya sedikit mengembung.

Gadis itu mengangguk sambil kembali menutup matanya dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, lalu tiba-tiba ia membuka kembali matanya dan melotot kearah Musa sambil menunjukan ekspresi riang.

"Tapi sekarang aku sudah tidak sedih lagi, soalnya aku punya pacar baru!" ia menekan telunjuknya tepat pada tulang hidung Musa membuat pria itu salah tingkah.

"Tampan rupawan dan bercahaya!" puji Sephia sebelum ia kembali pingsan dan jatuh pada pelukan Musa, membuatnya tersenyum lebar memperingati kemenangan.

Ketika ia sudah selesai menidurkan Sephia di dalam kamarnya, menyelimutinya dengan hangat, juga menutup rapat pintu itu. Ia akhirnya bisa tertidur lelap juga di atas sofa dengan pemandangan kota Singapura dari balik kaca apartemen lantai dua puluh.

*****
Sephia menggesek matanya berulang kali memastikan dirinya salah lihat, menatap sebuah ruangan asing saat ia terbangun setelah mabuk-mabukan semalam. Dirinya menghela nafas lega kala melihat seluruh pakaiannya masih menempel utuh, lamat-lamat ia bergerak berjalan keluar kamar memastikan rumah siapa itu sebab ia tidak ingat sama sekali atas kejadian semalam.

Terlihat Musa masih tertidur pulas diatas sofa seolah itu adalah ranjang yang sangat nyaman, dengan diselimuti jas nya yang hanya bisa menghangatkan sampai pinggang saja. Sephia berjongkok untuk mensejajarkan posisi mereka, melihat lebih dekat wajah rupawan itu yang sedikit terkena pantulan sinar matahari membuat Sephia semakin terkesima. Namun perlahan Musa membuka matanya, pandangan mereka beradu canggung.

"Hi, morning!" sapa Musa memecah kecanggungan.

Sephia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sambil beranjak dari posisinya, "owh hi.."

"Gimana tidurnya nyenyak?" tanya Musa berbasa-basi.

"Aku tidak ingat apa-apa," kekehnya dengan senyuman dipaksakan.

"Sayang sekali, padahal kamu lucu banget tadi malam. Harusnya aku rekam untuk kenang-kenangan." Musa beranjak dari tidurnya dan meninggalkan space kosong agar Sephia bisa duduk di sampingnya.

Kisah Seusai Pisah  (BAGIAN II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang