▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀
⚔️
Viken keluar dari kamar mandi dengan sebaskom air dingin dan handuk kecil ditangannya. Ia melangkah perlahan ke ranjang Rafael yg tak terlalu luas. Dilihatnya Rafael sudah berbaring dan menutup matanya. Wajah Rafael kian bertambah pucat dengan keringat dingin yg berjatuhan di pelipisnya. Nafasnya berhembus panas.
Viken meletakkan baskom itu keatas nakas. Viken menyentuh dahi Rafael kembali. Lebih panas lagi dari sore tadi.
"Kak ael.. Minum obat dulu gih.."
Rafael yg masih belum terlelap, menggeleng pelan. Ia juga menyadari bahwa tubuhnya kian melemah dan mungkin saja ia bisa pingsan namun ia tak mau untuk minum obat. Kepalanya berdenyut denyut dan tenggorokan serasa kering. Bahkan bernafas ia serasa susah.
"Adek..." Lirihnya.
Viken berdecak kesal melihat tingkah keras kepala sahabatnya itu. Padahal tubuhnya sudah demam tinggi namun tetap saja tidak mau minum obat.
"Ouh, damn... Kemana kak James sih? Kok lama banget.." Gerutu viken sendiri.
Viken mengambil selembar tissue di sampingnya lalu menghapus perlahan keringat dingin Rafael. "Rafael.. Gua nyari adek lu dulu ya~"
Rafael membuka matanya sedikit dan menghadap ke viken yg menatapnya iba. Rafael tersenyum getir. "I-iyaa.."
Viken membalas senyuman Rafael dan meremas pelan pundak Rafael untuk menyemangati sahabatnya itu. Kemudian viken melangkah pergi keluar dari kamar namun belum sampai ia ke pintu. Pintu itu telah terbuka dengan kasar menampilkan Michael yg terengah engah.
"Kaget gua, njir.."
Dengan nafas yg memburu karena berlari tadi, michael menatap menuntut ke viken. Michael meremas kedua pundak viken yg lebih pendek darinya.
"Kak ael.. Mana? Benar, kak ael pingsan?" Tanya Michael panik. Matanya telah berkaca kaca juga sedari tadi.
Viken meringis kesakitan ketika pundaknya diremas oleh Michael. Namun ia tahan saja. "Tuh kakak lu di ranjang.. Masih peduli lu ama kakak lu, hah?"
Michael terdiam sebentar. Ia tak bisa menjawab apapun. Se berusaha apapun ia mencoba menjauh dari kakaknya itu hanya membuat dirinya tersiksa sendiri.
Michael menghiraukan pertanyaan viken. Ia melangkah perlahan mendekati ranjang kakaknya. Diatas ranjang itu, Rafael terbaring dengan selimut sedadanya. Poni kakaknya basah oleh keringatnya sendiri. Wajah kakaknya pucat pasi dengan mulut yg terbuka menghirup nafas. Deru nafas yg berat dan panas. Bibirnya yg pecah pecah serta raut wajah kakaknya yg kesakitan.
"Kakak~ kak ael..." Panggil Michael lirih. Air mata yg tergenang tadi akhirnya lolos juga.
Sekarang viken memijit keningnya. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa kecuali menghela nafas. Viken menatap bergantian duo kaiser yg tak pernah akur tapi saling sayang. Ia sebenarnya iba dengan kedua adek kakak itu yg tak pernah berbicara dari hati ke hati.
"Michael.. Lu nangis syel?" Tanya viken dengan lembut.
Michael menoleh ke viken yg telah berdiri di sampingnya. Air mata nya jatuh kian deras. "Kak viken.. Kak ael kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF YOU DIE?
ActionChoi yeonjun, choi soobin, choi beomgyu, kang taehyun dan hueningkai telah di tetapkan sebagai buronan negara yg telah membobol bank dan membawa sekian juta dollar serta telah mencelakai beberapa polisi. Bagaimana cara mereka untuk kabur dan menye...