⚔️Episode - 29

104 18 2
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️

Rafael mengamuk di geladak kapal. Ia menendangi tong yg berisi pernak pernik kebutuhan kapal.

Klangg..

Rafael tak peduli lagi dengan rasa sakit kakinya. Yg ia harus lakukan sekarang adalah melampiaskan amarahnya ke pada apapun.

James hendak menenangkan adeknya itu namun cepat cepat Michael mencekal tangan pergelangan James.

Michael menggelengkan kepalanya. "Biarkan aja kak.. Nanti kak ael bakal tenang sendiri.."

Viken mengangguk setuju. Jadi mereka berempat hanya memerhatikan dari jarak lumayan jauh Rafael yg melampiaskan emosinya.

"Tak disangka kak Rafael ngeri juga kalo marah.." Celetuk marvin sembari mendudukan dirinya di lantai kapal.

Michael menganggukan kepalanya setuju. "Kakak syel itu memang seperti itu.. Dulu pas syel masih SD, syel pernah di dorong oleh teman kelas syel.. Dan apa yg terjadi? Teman syel itu di dorong juga dari tangga ama kak ael.. Hingga kak ael diskors selama seminggu.."

Marvin melongo mendengar pernyataan Michael. "Wow leader kita emang mengerikan ya.."

"Iya, Rafael itu bagaikan bom waktu yg akan meledak kapanpun itu.." Sambung viken yg telah paham dengan sifat sahabatnya itu.

Sedangkan Rafael masih merasa marah sekali karena kejadian tiga puluh menit yg lalu. Dimana ia hampir menembak kepala seorang wanita yg berbicara lancang dan itu berhasil membuat ia di salah pahami. Padahal ia hanya membela haknya namun ia lah yg jadi pelakunya. Dengan terpaksa ia dan saudara saudaranya diusir hingga sampai mereka berlima di geladak ini.

Rafael kesal sekali kepada dirinya yg tak bisa mengendalikan dirinya namun ia juga tak menyesalinya.

Rafael menatap penuh amarah lautan yg beriak putih. Matahari mulai turun menampilkan cahaya orange kemerahan dan awan yg berwarna warni. Jika tak lagi keadaan marah mungkin Rafael memuji bertapa indahnya senja hari ini.

Rafael menghembuskan nafas panjang dan mengeratkan pegangan nya di pembatas kapal itu.

"Kalian bertiga.. Jika berani saja kalian menyentuh saudara saudara ku apalagi adekku.. Aku sendiri yg akan mencincang kalian.." Gumam Rafael.

Hingga genggaman tangan di pundak Rafael menghapus kerasnya wajah dirinya sekarang. Tanpa menoleh kebelakang Rafael sudah mengira pemilik jari lentik itu adalah Michael.

Rafael berbalik kebelakang menatap netra yg sama dengannya itu.

"Kakak.. Apa udahan marahnya?" Tanya Michael selembut angin senja sekarang.

Rafael menarik garis bibirnya. Betapa manisnya dan pengertian adeknya ini. Katakan pada Rafael, bagaimana ia tak sayang pada adeknya ini. Adeknya yg tak pernah sekalipun menyalahkan nya dan tetap tersenyum padanya.

Rafael memperpendek jarak mereka. Rafael memeluk tubuh adeknya tak terlalu erat. Ia rebahkan kepalanya di pundak Michael.

"Kakak~" Lirih Michael lagi. Michael mengeles elus punggung kakaknya. Michael tersenyum sendu sembari sesekali terkikik kecil ketika hidung kakaknya mengenai lehernya.

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang