⚔️ Episode - 22

140 21 18
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️

"Bagaimana perkembangan para buronan itu?" Tanya vernon setiba diruangan kantornya.

Sontak rekan rekannya segera menoleh ke vernon yg telah duduk di sofa. Vernon menatap datar para rekan kerjanya. Ia memijit pelipisnya karena tak ada yg menjawabnya. "Kenapa diam saja?" Tanya vernon dengan nada tinggi.

Liam sebagai sahabat dan rekan kerja yg paling dekat dengan vernon menarik nafas perlahan lalu menghembuskan nya. Ia mendudukan dirinya. "Apa yg lu tanyakan itu tentang kasus lima buronan yg kabur itu?"

"Iya Liam.. Terus lu kira gua nanya apaan.."

"Kasus Pembunuhan dan perampokan itu telah dipindahkan ke pusat.. Bukan kita lagi yg mengurusnya.."

Vernon yg bersandar ke kepala sofa segera menegakkan badannya dan menatap tajam Liam. "What do you mean?"

"Kenapa sekaget itu? Kan kakak lu sendiri yg menarik kasus itu dari Departemen kita.." Jawab henry acuh sembari membaca tumpukan kertas yg memenuhi mejanya.

Vernon menggeram kesal. Ia kembali berdiri dari duduknya dengan tergesa-gesa. Dengan langkah besar ia keluar dari ruangan kerjanya dan membanting pintu dengan kasar. Setiap langkahnya dipenuhi dengan kegelisahan yg jelas terpampang di wajahnya. Semua orang yg berpapasan dengannya spontan memberi jalan kepadanya. Tanpa ia sadari ia telah tiba di ruangan kakaknya. Ia mengetuk pintu itu pelan.

Tok.. Tok.. Tok..

"Siapa?" Tanya seseorang dari dalam.

Vernon menghembuskan nafas dalam dan memantapkan hatinya dulu sebelum beradu pendapat dengan kakaknya. "Ini aku kak.. Vernon.."

Terjadi keheningan sementara.

"Masuklah.." Jawab kakaknya dari dalam.

Vernon mendorong ganggang pintu itu dan masuk ke ruangan dekis yg paling luas di departemen Kepolisian Negara bagian Kanada. Vernon melangkah ringan menuju meja dekis. Tatapannya pasti menatap kakaknya yg masih sibuk dengan komputernya.

"Kak dekis.."

"Ada apa, Vernon?" Tanya dekis tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.

Vernon mengepalkan tinjunya kuat dan menahan nafasnya sementara agar emosinya masih tetap terkontrol. "Kak.. Kenapa kakak mengalihkan kasus yg aku tangani kemaren?"

Dekis terhenti dari kesibukannya mengotak atik keyboard komputernya. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Dekis mengalihkan pandangannya ke adek semata wayangnya yg beda satu tahun darinya itu. Pandangan mereka bertemu, dekis menatap datar Vernon.
"Sepertinya kasus ini terlalu berat bagimu, Vernon.. Kamu sudah ke berapa kali gagal menangkap pelaku dan juga telah banyak korban yg jatuh di pihak kita.. Kakak tidak bisa mempercayakan hal besar ini ke kamu.." Jelas dekis dengan senyuman teduhnya. Berharap Vernon sedikit mengerti alasanya.

Vernon mendengus kesal. Ia yg semula berdiri menghadap ke kakaknya sekarang menarik kursi yg ada di depannya dan duduk berhadapan dengan kakaknya. "Kak dekis.. Ini sungguh tak adil bagiku, kak.. Aku telah mengorbankan satu mataku untuk menangkap si bajingan itu kak.. Aku telah berusaha keras dan aku tak akan menyerah.. Aku akan membalaskan dendamku dan kematian teman temanku.."

Dekis menghela nafas kasar. Senyumannya perlahan menghilang digantikan tatapan tajam. "Vernon.. Kamu tak mengerti juga ternyata? Kakak mengalihkan kasus ini karena apa yg telah kamu alami dan teman temanmu.. Kakak nggak mau ada korban lagi apalagi itu kamu, Vernon..
Mereka bukan lawan yg bisa kamu remehkan.."

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang