⚔️ Episode - 20

132 27 7
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️

Hari hari mereka lalui dengan lancar dan aman. Rafael, james dan viken di berikan kamar masing-masing sedangkan Michael dan marvin di kamar yg sama dan tetap berada di lorong yg sama dengan para Hyung line. Sekarang ini Rafael dan james berada di kamar james, mereka mendiskusikan rencana rencana yg memungkinkan untuk mereka kabur.

"Kak james.. Kondisi lu udah pulih total?"

James mengangguk mantap. "Iya.. Seperti yg lu lihat.. Bahu gua udah bisa digerakkan seperti semula.."

"Menurut lu disini sudah aman atau belum, kak?"

James menoleh ke Rafael. Ia tersenyum miris melihat wajah Rafael yg kian turus dan kantung mata yg mulai menghitam. James mendudukan dirinya di samping Rafael yg duduk di atas ranjangnya. Ia menepuk pelan pundak Rafael. "Rafael.. Kita bersabar saja untuk sementara sampai kapal ini berlabuh.. Setelah itu baru kita cari cara untuk kabur dan bebas.."

Rafael menoleh menatap James yg ada di sampingnya. Ia tersenyum getir lalu mengangguk. "Tapi kak.. Jika benar Frederick sialan itu telah dihubungi oleh polisi.. Bukannya keberadaan kita bisa saja terungkap kapan saja? Dan mereka sangat gampang menangkap kita kak.. Sangat nihil bagi kita melarikan diri kak.."

James menghela nafas lelah. "Keberadaan kita benar benar layaknya telur di ujung tanduk..." Ucap James sembari mengacak-acak rambutnya.

Tok.. Tok.. Tok..

Rafael berdiri dari duduknya. Ia berjalan ke depan dan membuka pintu. Tampaklah marvin dan viken yg tersenyum kearahnya. "Masuklah.."

Rafael kembali masuk kedalam setelah mempersilahkan marvin dan viken. Viken langsung berlari dan menghampiri James yg menekuk kepalanya dan duduk di samping James.

"Kenapa lu kak? Setiap gua ke kamar lu, lu kayak orang stress mulu kak?"

James menegakkan badannya kembali. Ia menatap bosan viken lalu menghela nafas lelah. "Sudahlah.."

"Apaan yg sudah? Lu aja belum ngomong.."

"Bukan apa apa viken.." Jawab James acuh. Lalu James menyadari kalau ada yg kurang. "Mana Michael?"

Marvin dan viken juga tampak bingung. "Hah? Kok nanya ke kami?" Tanya marvin sembari melihat keseluruh ruangan.

"Bukannya tuh bocil kesini?" Timpal viken.

"Tidak.. Michael sama sekali nggak kesini.. Gua seharian ini belum lihat dia.." Saut James mengedikkan bahu.

Viken spontan menoleh ke Rafael yg bersender ke dinding kayu. "Kak ael.. Adek lu kemana?"

Rafael yg ditanya mengedikkan bahu acuh.

Viken kembali berdiri. Ia berdecak kesal melihat dua kakaknya itu. "Huuft.. Kalian emang nggak ada rasa pedulinya ya.. Ya udah deh, biar gua yg cari uri maknae.."

Rafael hanya melihat saja tanpa merespon apapun sedangkan James hanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalau udah ketemu bawa Michael kesini ya.." Pinta james dengan senyuman nya.

"Hmm.. Okey.." Saut viken dengan santai.

"Kak.." Panggil Marvin tiba-tiba dengan raut serius.

James mengalihkan atensinya ke marvin yg duduk di sofa yg disediakan oleh pihak kapal. "Apa, vin?"

"Akhir akhir ini gua lihat Michael ngegym pagi pagi buta dan pulang hampir tengah malam.."

"Oh.. Baguslah.." Potong viken tanpa rasa bersalah.

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang