▀▄▀▄What If You Die?▄▀▄▀
⚔️
Oksigen semakin menipis dan asap hitam mengepul menutup pandangan michael. Namun langkah michael tak pernah henti menyelamatkan kakak dan dirinya. Doa doa senantiasa ia ucapkan dalam hati selagi matanya menelisik celah celah untuk keluar. Tak peduli dengan rasa sakit kakinya yg ngilu dan bergetar menahan beban berat Rafael yg lebih besar darinya serta hawa panas yg menyengat dari api yg berkobar, sekarang yg ada dalam pikirannya hanya membawa kakaknya keluar dari sini agar mendapatkan pertolongan entah dari siapa saja. Hanya ia satu satunya harapan bagi dirinya dan kakaknya agar bisa keluar dengan selamat."Kak ael.. Bertahanlah.. Jangan tinggalin adek, kak..." Rengek michael sembari bercucuran air mata. Rasa takut dan cemas menyerbu pikirannya. Takut akan ditinggalkan oleh keluarga satu satunya.
Sementara itu, Rafael tidak bisa membantu. Tubuhnya semakin terasa lemas. Rasanya ia bisa kehilangan kesadaran kapan saja. Batinnya dilingkupi perasaan bersalah dan kecewa kepada dirinya sendiri karena tak bisa melakukan apapun dan justru membebani adeknya. Yg bisa Rafael lakukan sekarang hanyalah terus memohon kepada Tuhan supaya mereka bedua bisa menyelamatkan diri atau setidaknya biarkan adeknya selamat meski tanpa dirinya.
Michael menghembuskan nafas lega telah berhasil keluar. Ia menggoyangkan badan kakaknya sedikit. "Kakak!!! Akhirnya kita bisa keluar juga..." Seru Michael.
Rafael tersenyum senang mendengar suara adeknya. Walau Rafael tak bisa melihat nya ia yakin wajah Michael pasti berseri seri penuh kebahagiaan. Rafael lega bahwa adeknya akan selamat. Tak masalah jika dirinya tak bisa. Setidaknya adeknya harus bertahan hidup.
"Kakak??! Kak ael.."
Panggilan Michael masih terdengar oleh Rafael, seiring dengan kesadarannya yg menghilang. Pandangan mulai memburam dan rangkulan tangannya di leher Michael melemah.
"Mi.. Chael.." Lirih Rafael sebelum semuanya menjadi gelap.
Deg.
Jantung Michael seketika berhenti berdetak. Air matanya turun semakin deras melihat tangan kakaknya yg terkulai lemah. "Kakak?!! Kak Rafael kaiser, tolong jawab kak.."
Namun tak ada jawaban dari Rafael.
Michael menangis tersedu sedu hingga sulit baginya untuk tenang sekarang. Michael dengan hati hati menurunkan tubuh Rafael ke tanah yg penuh debu itu. Tangan hangat Michael menepuk pelan pipi kakaknya yg sedingin es.
"Kak... Kak ael.. Hiks.. Kak.. Bangun.." Tangis Michael kian kencang.
Michael dengan takut takut menyentuh rongga hidung Rafael namun ia tak merasakan hembusan nafas sedikit pun. Michael semakin panik, ia menepuk sedikit lebih kencang pipi kakaknya namun tetap saja tidak ada sedikit pun reaksi dari kakaknya.
"Kak ael..!!! Tolong bangun kak!! Jangan tinggalin syel, kak.."
Michael semakin panik ketika ia menyandarkan telinganya ke dada Rafael dan ia sama sekali tak mendengar detak jantung kakaknya.
"Apa yg harus syel lakukan? Kakak.. Kakak nggak mungkin telah meninggal.. Kakak masih hidup.. Iya, kakak masih hidup.." Racau Michael sendiri.
Sekilas Michael ingat praktek sekolahnya mengenai pertolongan pertama. Michael segera mempraktikkan pelajarannya pertama kali ke kakaknya yg tak berdaya. Michael menautkan kedua tangannya lalu menekan dada sebelah kiri Rafael.
Satu...
Dua...
Tiga...
"Kak... Tolong buka matanya.. Syel mohon.."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF YOU DIE?
ActionChoi yeonjun, choi soobin, choi beomgyu, kang taehyun dan hueningkai telah di tetapkan sebagai buronan negara yg telah membobol bank dan membawa sekian juta dollar serta telah mencelakai beberapa polisi. Bagaimana cara mereka untuk kabur dan menye...