⚔️ Episode - 36

177 18 0
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️

"Yeeey.. Akhirnya habis juga buburnya.." Seru Michael mencairkan suasana yg sedingin kutub utara.

Rafael tersenyum hangat dan meletakkan kembali mangkok bubur itu di atas nakas. Rafael juga membantu Michael untuk meminum obatnya. Mengganti baju adiknya bahkan membantu Michael mandi. Ia sendiri yg mengurus adeknya itu selama tiga hari penuh. Marvin pun ingin membantu namun ditolak mentah-mentah oleh Rafael. Agar sedikit saja rasa bersalahnya sedikit reda karena gagal melindungi permatanya itu.

"Michael.."

"Iya, kak?" Michael menatap bingung wajah kakaknya yg tiba-tiba berubah sendu. Michael segera menyentuh tangan kakaknya. "Kak, ada apa? Apa ada masalah?? Coba cerita ke adek.." Tanya Michael cemas melihat raut wajah Rafael.

"Maaf.." Satu patah kata itu lolos daru bibir Rafael dengan penuh penyesalan. Ia memandangi lama wajah Michael yg tak sepucat kemarin.

Michael menepuk-nepuk pelan punggung tangan Rafael lalu tersenyum hangat. "Kak ael.. Mau sampai kapan kakak minta maaf terus ke adek, hmm? Kakak nggak salah apa apa.. Jangan menyalahkan diri kakak sendiri, ya~~"

"Tapi dek--

Michael segera menutup mulut Rafael dengan telunjuknya. " Ssstthhh.. Lihatlah wajah kakak sekarang.. Kantung mata kakak kelihatan jelas.. Muka kakak tambah tirus.. Terus tambah jelek lagi.."

"Adek..?!! Emang kakak sejelek itu ya?" Potong Rafael sembari tersenyum hingga dimple nya terlihat.

Michael tertawa senang setelah menggoda kakaknya. "Huuhmm.. Kakak sekarang dah jelek.. Habis kakak pelit banget ama senyumnya.. Padahal syel kan paling suka lihat senyuman kak ael.."

Rafael terkekeh gemas lalu mengacak acak surai caramel adeknya yg semakin panjang. Tak puas dengan itu, ia juga menyubit pelan pipi chubby adeknya. "Super kiyowooo.. Kakak gigit syel nanti ya.."

Michael hanya terkikik geli hingga pipinya bersemu. Senang rasanya bisa menghabiskan waktu bersama dengan kakaknya itu seharian.

Tak berasa sudah hampir jam mereka ngobrol mengenai banyak hal terlebih masa masa kecil mereka yg menyenangkan bersama orang tua mereka. Rafael tak henti hentinya memandangi wajah Michael yg tidur di kasur.

"Michael, kamu nggak ngantuk? Tidur lagi ya biar cepat sembuh.."

Michael menggelengkan kepalanya. "Tapi syel nggak ngantuk.. Kakak capek ya ngobrol ama syel?"

"Tidak mungkin kakak capek ngobrol sama kamu, adek.."

"Yaudah.. Kakak juga tidur bareng adek ya.."

Rafael menghela nafas panjang. Ia beranjak dari duduknya dan naik ke atas kasur. "Dah, tidur lagi..." Ucap Rafael yg terdengar seperti titah.

Michael membawa tangan kanan kakaknya lalu memeluk erat bagai guling. Ia memejamkan matanya sembari menghirup aroma tubuh Rafael yg bercampur parfum. Sangat menenangkan.

Rafael hanya bisa menatap jengah adeknya yg telah bergelayut di lengannya. Menit menit berlalu dan Rafael masih betah memandangi Michael yg telah menutup mata.

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang