⚔️Episode - 40

186 22 5
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️

Dekis berlari setengah sadar menelusuri lorong rumah sakit. Rasanya dunianya berguncang setelah mendengar berita dari bawahannya. Jiwanya berteriak tidak mungkin. Tidak mungkin ia telah kehilangan satu satunya alasan dirinya hidup.

Langkah kaki dekis terhenti ketika melihat rekan rekan kerjanya pada berkumpul di depan pintu UGD. Wajah rekan rekannya tertunduk dalam. Ada juga yg meringkuk di samping pintu sembari memeluk lutut. Melihat pemandangan ini menyadarkan dekis bahwa yg diberitakan bawahannya adalah kebenaran. Dekis menyeret kakinya mendekat ke pintu yg masih tertutup. Pandangannya kosong dan hampa.

"Tuan dekis..." Danny segera berdiri dari duduknya setelah menyadari komandannya telah datang. Dengan suara bergetar , Danny menahan air matanya tak jatuh lagi. "Ver..non te..lah..

" Dimana adekku Danny?" Potong dekis menatap nanar Danny yg masih menunduk.

Danny mengangkat kepalanya perlahan. "Di dalam tuan.. I apologize.." Ungkap Danny dengan setitik air mata yg jatuh.

Dekis tak menjawab. Hanya tangannya memutar knop pintu itu perlahan. Beberapa dokter yg sedang sibuk menyelamatkan nyawa pasiennya menoleh ke pintu. Raut wajah mereka langsung berubah ketika menyadari bahwa dekis yg membuka pintu. Tak ada yg berani menegur lelaki yg malang itu.

Dokter harmes menuntun dekis ke sudut ruangan. Tirai putih menutupi sosok di dalam ranjang itu. Dokter harmes menyibak sedikit tirai putih itu mempersilahkan keluarga korban untuk melihat terakhir kalinya.

Seketika dada dekis bergemeruh. Tungkainya bergetar melihat vernon yg terbaring kaku di ranjang putih. Selimut tipis menyelimuti tubuh dingin itu hingga menutupi seluruh tubuhnya termasuk wajahnya. Dekis melangkah perlahan ke arah ranjang itu. Tangannya terulur membuka perlahan selimut tipis yg menutupi wajah sang adik.

Tak ada penyangkalan lagi. Hal yg paling ditakutinya telah terjadi. Tanpa ia sadari air asin di mata biru itu telah membentuk sungai deras di wajah dekis. Isakan kecil akhirnya lolos dari mulut lelaki 34 tahun itu. Dekis menyentuh perlahan wajah putih pucat kebiruan vernon yg tak bernyawa. Dan yg membuat dekis merasakan sakit tak terkira ketika ia menyentuh lubang tempat bersarangnya timah besi di pelipis adeknya.

"Vernon... My little brother.. Kenapa?!! Kenapa kau tinggalkan kakakmu ini sendiri..." Raungnya sembari memeluk tubuh kaki vernon.

Dekis tak mampu lagi menahan kesedihannya. Ia meraung raung penuh isak. Air matanya tak terkira lagi berapa banyak yg jatuh. Dekis memanggil manggi nama adeknya sembari mengguncang guncang tubuh dingin vernon, berharap sekali saja vernon menjawab panggilan dekis. Namun hal itu takkan pernah terjadi. Yg telah kehilangan nyawanya tak kan pernah ada lagi di dunia ini. Selamanya. Ia akan abadi dan perlahan terlupakan.

"Tenanglah sayang.. Tenanglah.. Istirahat lah dengan damai.. Kakakmu ini akan membalas orang yg menyakiti mu.. Akan kakak hancurkan dia sehancur hancurnya.. Serahkan saja pada kakak.." Bisik dekis di telinga vernon penuh kelembutan.

Dekis mengecup penuh kasih sayang pelipis vernon untuk terakhirnya. Ia tatap dalam wajah kesayangannya itu.

"Kakak tak akan lama.. Kita akan bertemu lagi.. Bersabarlah.."

⚔️


Vanessa membawa mobil minibus itu dengan kecepatan tinggi. Persetan dengan klakson klakson yg memaki-maki nya karena ugal ugalan di jalan. Seperti dirinya empat orang di dalam mobilnya ini juga gelisah apalagi Michael yg tak henti hentinya menangis sembari memanggil nama rafael.

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang