⚔️ Episode - 39

131 16 4
                                    

▀▄▀▄What If You Die? ▄▀▄▀

⚔️


Tiga puluh menit sebelum kejadian naas itu terjadi. Viken telah berpindah ke bangku kemudi. Matanya tetap awas mengamati pertarungan antara buronan dan polisi yg sedang berlangsung. Begitu juga dengan marvin yg juga siap siap sembari mengintip dari celah jendela yg ia buka.

"Apa kak ael dan kak james bisa lepas dari mereka, kak?" Tanya marvin ke viken.

Viken menoleh ke belakang lalu tersenyum tipis. "Entahlah.. Gua juga nggak yakin tapi lu bisa percaya kalau kedua kakak kita itu akan melindungi kita apapun yg terjadi.."

Marvin mengangguk paham. Marvin menoleh sekilas ke samping belakangnya. Mata Marvin menyipit melihat Michael yg sedang mengirim pesan entah dengan siapa orangnya.

"Michael, apa yg lu lakukan? Handphone itu masih belum lu buang?" Tanya Marvin dengan suara berbisik. Ia tak ingin ada keributan antara ia, michael dan kak viken dalam situasi genting ini.

Michael mengalihkan pandangannya ke Marvin yg menangkap basah dirinya. "Nanti bakal gua jelasin.. Sekarang diamlah dulu.." Jawab Michael dengan berbisik juga. Ia kembali membalas pesan vanessa, tentunya.

"Michael!!! Lu tahu kita dalam keadaan genting seperti ini? Dan lu masih sempat sempat nya mengirim pesan ke jalang itu!!?" Bentak Marvin yg tak habis pikir melihat kelakuan sahabatnya itu.

Michael mendengus kesal. Lalu menatap tajam Marvin. Marvin pun tak kalah tajamnya membalas tatapan Michael. "Ini tak seperti yg lu bayangin, Marvin.. Tolong percayalah.."

Tingg..

Pesan kembali masuk dari vanessa. Michael buru buru membuka kembali pesan dari vanessa. Detak jantungnya memburu membaca tulisan yg hanya beberapa kata itu. Tangannya seketika bergetar.

"Marvin kita harus keluar dari sini.." Ucap Michael pelan namun penuh penekanan.

"Apa!?? Memangnya ada apa?" Desak marvin melihat Michael yg tiba-tiba pucat.

"Kita harus keluar dari sini!!! Cepat!!" Ucap Michael dengan raut gelisah yg kentara.

Viken yg mendengar keributan dibelakang segera menoleh ke belakang. "Ada apa marvin? Heboh banget.."

"Kak viken.. Ayo kita keluar dari sini.. Dimobil ini ada bom.." Michael yg menjawab.

"What!!! Bom??!!" Pekik viken shock.

"Kenapa nggak ngomong dari tadi..." Seru marvin kesal.

Michael lekas membuka pintu mobil sebelahnya. Yg langsung diikuti oleh viken dan marvin. Viken segera mengeluarkan pistolnya untuk berjaga jaga. Ia berlari mengikuti Michael dan marvin yg ada di depannya. Dan baru beberapa meter mereka menjauh dari mobil tersebut terdengar bunyi ledakan yg begitu besar.

DUAARRRR....

DUAAAARRR....

Ledakan itu menggetarkan tanah dan bau gosong menyeruak memaksa panca indera viken terbangun. Ia sudah terkapar di aspal panas dengan puing puing mobil yg berserakan. Nafasnya menderu dan rasa perih di punggung nya mulai terasa perih. Namun bukan itu yg menjadi prioritas viken sekarang. Viken mengedarkan pandangannya. Maniknya membulat melihat marvin dan Michael yg tergeletak di aspal yg tak jauh dari dirinya.

"Marvin... Michael.." Teriak viken panik.

Viken mencoba dengan sekuat usahanya untuk berdiri dan mendekat kedua orang yg masih tak bergerak.

"TIDAK....!!!! TIDAK MUNGKIN... MICHAEL....!!!!  AKKKHHHHH...... MICHAEL....MICHAEL..."

Langkah viken terhenti sebentar mendengar teriakan rafael yg histeris. Walau ia tak melihat raut wajah rafael sekarang namun ia sudah tahu seperti apa gilanya rafael sekarang, terdengar dari teriakan suaranya yg begitu histeris memanggil manggil nama adeknya.

WHAT IF YOU DIE?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang